A.
Tujuan Pendidikan Islam
Dalam pendidikan Islam, tujuan
memegang peranan penting. Tanpa tujuan, maka kegiatan pendidikan terlaksana
tanpa arah dan target yang ingin dicapai. Tujuan pendidikan agama Islam sejalan
dengan tujuan hidup manusia yaitu untuk mengabdikan diri secara penuh kepada
Allah Swt. sebagai pencipta alam semesta, sesuai dengan firman Allah Swt. dalam surat Az - dzariyat ayat 56 berbunyi :
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنسَ إِلَّا
لِيَعْبُدُونِ (الزاريات: ٥٦)
Artinya : Dan
Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku. (QS.
Az – Zariyat: 56)
Tujuan
akhir dari pendidikan agama Islam adalah agar dapat menjadi insan kamil untuk
mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat, sebab pendidikan agama tidak hanya
mengajarkan pengetahuan agama dan melatih keterampilan dalam melaksanakan
ibadah, akan tetapi jauh lebih luas dari pada itu. Agama Islam
bertujuan membentuk kepribadian anak yang sesuai dengan ajaran agama.
Muhammad
Fadhil Al-Djamali, seperti dikutip oleh M. Arifin menyatakan bahwa :
Tujuan
pendidikan Islam adalah menanamkan makrifat (kesadaran) dalam diri
manusia terhadap dirinya sendiri selaku hamba Allah dan kesadaran selaku
anggota masyarakat yang harus memiliki tanggung jawab sosial terhadap pembinaan
masyarakatnya serta menanamkan kemampuan manusia untuk mengelola, memanfaatkan alam
sekitar ciptaan Allah bagi kepentingan kesejahteraan manusia dan kegiatan
ibadahnya kepada khaliq pencipta alam itu sendiri.[1]
Oleh karena Islam harus mampu
menciptakan manusia muslim yang berilmu pengetahuan tinggi, dimana iman dan
taqwanya menjadi pengendali dalam menerapkan ilmu dalam masyarakat Indonesia
sebagai negara berfilsafah Pancasila menetapkan tujuan pendidikan Nasional
sebagai berikut :
Meningkatkan
kualitas manusia Indonesia yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan
Yang Maha Esa, berbudi pekerti luhur, berkepribadian mandiri, maju, tangguh,
cerdas, kreatif, terampil, berdisiplin, beretos kerja, profesional, bertanggung
jawab, produktif, sehat jasmani dan rohani.[2]
Dari
uraian di atas nampaklah gambaran yang jelas tentang sejauhmana tujuan
pendidikan agama dalam membentuk kepribadian anak didik dalam rangka mencapai
pendidikan nasional. Pada sisi lain pendidikan Islam
mempunyai fungsi mendidik pribadi muslim ke arah kesempurnaan sebagai salah
satu upaya mengoptimalkan pengabdian diri kepada Allah. Pendidikan agama lebih
menekankan pada pendidikan moral atau akhlak untuk mewujudkan pribadi muslim
yang sempurna. Hal ini senada dengan ungkapan Athiyah Al-Abrasyi, bahwa:
“Pembentukan moral yang tinggi adalah fungsi utama dari pendidikan Islam”.[3] Kendatipun
dia lebih mengutamakan aspek moral, namun tentu saja tidak melupakan
aspek-aspek penting lainnya.
Seperti sebelumnya dia mengatakan :
Pendidikan
budi pekerti adalah jiwa dari pendidikan Islam yang telah menyimpulkan bahwa
pendidikan budi pekerti dan akhlak adalah salah satu fungsi pendidikan Islam.
Tapi ini tidak berarti bahwa kita tidak mementingkan pendidikan jasmani, akal
atau ilmu, ataupun segi-segi praktis lainnya. Tetapi artinya ialah bahwa kita
memperhatikan segi-segi pendidikan akhlak seperti segi-segi lainnya.[4]
Dari
penjelasan-penjelasan di atas, dapatlah disimpulkan bahwa tujuan pendidikan
Islam adalah terbentuknya hamba Allah yang bertaqwa dan memiliki multi
pengetahuan lewat pendidikan. Kemudian merealisasikan segala perintah Allah dan
bertanggung jawab dalam melaksanakan seluruh aktivitasnya dengan tujuan
kebahagian dunia dan akhirat.
Melalui
tujuan pendidikan ini dapat ditingkatkan kualitas manusia dalam membina
hubungan kepada Allah (Hablumminallah) dan
hubungan sesama manusia (Hablumminannas). Secara
keseluruhan An-Nahlawy menjelaskan sikap Pendidikan Islam :
Pendidikan
Islam bertujuan mendidik warga negara mukmin dan masyarakat muslim agar dapat
merealisasikan ubudiyah kepada Islam semata. Dengan terealisasinya tujuan ini
maka terealisasi pulalah segala keutamaan kehidupan sosial, seperti saling
tolong menolong, bahu-membahu, menjamin dan mencintai. Disamping itu,
pendidikan Islam menanamkan pada anak rasa kasih untuk dekat dengan masyarakat
bersandar kepadanya cenderung kepada tradisi dan merasa bangga dengan umat.
Semua itu ditanamkannya tanpa penyimpangan, kepatuhan secara membuta atau
kehilangan watak diri kepribadian.[5]
Berdasarkan
uraian tersebut di atas jelaslah bahwa, pendidikan Islam memadukan secara
seimbang antara pendidikan individual dengan pendidikan sosial, supaya salah
satu diantara kedua belah pihak ini tidak saling meremehkan yang
lain. Pendidikan individual akan membentuk pribadi-pribadi yang bertaqwa serta
taat kepada segala perintah Allah Swt. sedangkan
pendidikan sosial berorientasi ke arah hubungan antar sesama manusia.
Terealisasinya pendidikan ini akan membawa umat ke arah kehidupan yang
berbahagia dunia dan akhirat.
Melalui
pelaksanaan pendidikan Islam secara optimal akan terlihat fungsi pendidikan
Islam dalam membentuk perilaku muslim sejati yang dapat meningkatkan pengabdian
kepada Allah dan mengharmoniskan hubungan sesama manusia. Peningkatan
pengabdian kepada Allah serta hubungan sesama manusia sangat dipengaruhi oleh
perilaku yang sesuai dengan tuntutan dan tuntutan syari’at Islam. Oleh sebab
itu pendidikan agama sangat berfungsi menentukan optimalisasi hubungan kepada
Allah dan hubungan sesama manusia.
[1]M.
Arifin, Filsafat Pendidikan Islam, Edisi I, Cet. III, (Jakarta: Bumi
Aksara, 1993), hal 133.
[2]Departemen
Agama RI, Petunjuk Pelaksanaan Kurikulum/GBPP Pendidikan Agama Islam Sekolah
Menengah Umum/Kejuruan, (Jakarta: Dirjen Bimbaga Islam, 1995/1996), hal. 1.
[3]Mohd.
‘Athiyah Al-Abrasyi, Dasar-dasar Pokok Pendidikan
Islam, (Terjemahan Bustami A. Gani dan Djhsr Bahri), Cet. I,
(Jakarta: Bulan Bintang, 1970), hal 136.
[5]Abdurrahman
An-Nahlawy, Prinsip-Prinsip dan Metode Pendidikan Islam, Cet. II,
(Bandung: Diponegoro, 1992), hal. 197.
0 Comments
Post a Comment