Kepribadian Muslim Berdasarkan Pendidikan Islam
BAB I
P E N D A H U L U A N
A.
Latar
Belakang Masalah
Proses penciptaan manusia di muka bumi ini bukanlah sebuah
proses yang tiba-tiba atau tak sengaja. Akan tetapi sungguh, manusia diciptakan
dalam rencana dan iradah Allah untuk menjadikannya sebagai khalifah (wakil)
Allah di muka bumi dan hamba Allah yang seluruh usahanya semata-mata diabdikan
hanya kepada-Nya. Untuk ini Ia memerintahkan supaya manusia itu beribadah hanya
kepada-Nya.
Firman Allah dalam Al-Qur’an Surat Adz-Dzariyat: 56
sebagai berikut:
وَمَا خَلَقْتُ
الْجِنَّ وَالْإِنسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ) الذاريات: ٥٦(
Artinya:
Dan aku tidak menciptakan jin dan
manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku (Adz-Dzariyat: 56 )
Dari ayat tersebut telah jelas bahwasannya tugas utama
manusia dan tujuan diciptakannya manusia adalah untuk beribadah kepada Allah.
Selain tugas utama beribadah kepada Allah juga bertugas untuk memakmurkan bumi
dengan mengelola dan memanfaatkan kekayaan yang terdapat di bumi tersebut,
untuk kesejahteraan hidup manusia, baik lahir maupun batin. Hal ini menunjukkan
bahwa ada dua fungsi penciptaan manusia di bumi ini. Pertama, sebagai hamba dan
yang kedua menjadi khalifah atau pemimpin. Sebagai makhluk yang dipersiapkan
untuk menjadi hamba dan khalifah, manusia telah diberi kelengkapan kemampuan
jasmani dan rohani.
Akan tetapi kemampuan yang diberikan itu bukanlah sesuatu
yang sudah final, melainkan masih berupa potensi atau kemampuan dasar serta
kecenderungan-kecenderungan murni yang harus ditumbuh-kembangkan seoptimal
mungkin sehingga menjadi alat yang berdaya guna dalam ikhtiar kemanusiaannya
untuk melaksanakan tugas kekhalifahannya di dunia.
Kepribadian merupakan hasil dari sesuatu proses sepanjang
hidup. Kepribadian bukan terjadi dengan serta merta, akan tetapi terbentuk melalui
proses kehidupan yang panjang. Baik buruknya kepribadian seseorang sepenuhnya
ditentukan oleh faktor-faktor yang mempengaruhi dalam perjalanan hidup
seseorang tersebut. Faktor-faktor yang mempengaruhi tersebut antara lain :
1. Pendidikan dalam keluarga
2. Pendidikan dalam sekolah
3. Pergaulan dalam lingkungan/masyarakat
Menurut Poerbakaca dan Harahap kepribadian merupakan
keseluruhan dari sifat subyektif, emosional yang mencirikan watak seseorang
pada lingkungan dan keseluruhan dari reaksi-reaksi yang sifatnya psikologis,[1]
misalnya karakter dan temperamen yang diperoleh dari keturunan, lingkungan dan
pangalaman hidup. Yang dimaksud dengan lingkungan di sini ialah lingkungan alam
sekitar di peserta didik berada, yang mempunyai pengaruh terhadap perasaan dan
sikapnya akan keyakinan atau agamanya. Lingkungan ini besar sekali peranannya
terhadap keberhasilan atau tidaknya pendidikan agama, karena lingkungan ini
memberikan pengaruh yang positif maupun negatif terhadap perkembangan peserta
didik.
Lingkungan yang baik akan
memberikan pengaruh yang baik bagi pembentukan kepribadian anak. Anak
akan merasa diakui dan dihargai oleh lingkungannya, sebagai konsekwensinya dia
akan berusaha menjaga akhlak dan tingkah lakunya serta bertanggung jawab atas
kesejahteraan lingkungannya. Dia akan selalu menjaga nama baiknya dalam
lingkungannya, dia selalu berpikir positif dan optimis tidak mudah terpengaruh
orang lain, dapat menerima dirinya sendiri maupun orang lain seperti apa
adanya. Dari sinilah akan terbentuk suatu kepribadian yang unggul yang akan
melahirkan jiwa kepemimpinan, dimana benih-benih jiwa kepemimpinan (leadership) itu sendiri sudah ada secara alamiah
sejak kecil, sesuai dengan kodrat manusia sebagai khalifah di bumi. Sebagaimana
firman Allah dalam Al-qur’an surat Al-Baqarah: 30 sebagai berikut:
وَإِذْ قَالَ
رَبُّكَ لِلْمَلاَئِكَةِ إِنِّي جَاعِلٌ فِي الأَرْضِ خَلِيفَةً قَالُواْ
أَتَجْعَلُ فِيهَا مَن يُفْسِدُ فِيهَا وَيَسْفِكُ الدِّمَاء وَنَحْنُ نُسَبِّحُ
بِحَمْدِكَ وَنُقَدِّسُ لَكَ قَالَ إِنِّي أَعْلَمُ مَا لاَ تَعْلَمُونَ) البقرة: ٣٠(
Artinya: Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman
kepada para Malaikat: "Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah
di muka bumi." Mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan
(khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan
menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan
mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya Aku mengetahui apa
yang tidak kamu ketahui."( Qs. Al-Baqarah: 30 )
Kepribadian muslim atau kepribadian manusia seutuhnya
dibentuk oleh nilai-nilai yang bersumber dari agama Islam. Memberikan bekal
pendidikan agama sedini mungkin menjadi faktor utama pembentukan karakter
seseorang. Dalam hal ini orang tua sebagai pemegang kendali dalam pendidikan
anak, sangat besar pengaruhnya terhadap pembentukan kepribadian anak, yaitu
dengan cara mengembangkan pola komunikasi dan interaksi dengan sesamanya.
Selain itu sekolah dan lingkungan masyarakat ikut berperan dalam proses pendidikan
anak. Terbentuknya kepribadian dan kreativitas anak merupakan modal bagi
penyesuaian diri anak dan lingkungannya dan tentunya memberikan dampak bagi
kesejahteraan keluarga secara menyeluruh.[2]
Nata mengatakan, cara mendidik dan perlakuan orang tua
kepada anaknya akan memberikan kesan yang kuat dalam membetuk kepribadian anak
ketika dewasa kelak.[3]
Untuk itu orang tua wajib memberikan bekal agama yang dimaksudkan untuk
membentuk anak berkepribadian religius. Dasar-dasar pendidikan agama ini harus
sudah ditanamkan sejak anak didik itu masih usia dini, karena jika tidak
demikian halnya kemungkinan mengalami kesulitan kelak untuk mencapai tujuan
pendidikan Islam yang diberikan masa dewasa.
Islam memberikan perhatian sangat besar dalam kemaslahatan
perkembangan kepribadian anak. Sebab kepribadian muslim yang kuat baik dalam
keimanan, kejiwaan maupun akhlak adalah modal utama anak itu untuk hidup dan
berhasil di dunia dan di akherat kelak. Anak yang berkepribadian muslim yang
kuat inilah yang menjadi harapan dan kebanggaan setiap orang tua. Dan dengan
kepribadian yang kuat ini anak akan menjalani kehidupannya dengan penuh optimis
dan percaya diri sehingga akan lebih membuka peluang untuk meraih kesuksesan.
Namun pada kenyataannya masalah kepribadian muslim kurang mendapat
perhatian baik oleh orang tua maupun guru. Ada kalanya karena kesibukan orang
tua di luar rumah sehingga melalaikan tugas utamanya mendidik anak. Orang tua
kurang memperhatikan perkembangan anak-anaknya, sehingga anak lebih suka
bergaul bebas di luar rumah. Kadang-kadang hanya karena lingkungan yang kurang
mendukung sewaktu anak masih kecil akan mengakibatkan dampak yang negatif bagi
perkembangan kepribadian anak pada usia selanjutnya, sebut saja anak rentan
terlibat kasus-kasus kenakalan remaja, salah pergaulan dan mengkonsumsi
narkoba, serta yang lainnya. Namun ada kalanya orang terlalu protek terhadap
anak. Mereka cenderung memanjakan anak ketimbang memberikan rangsangan untuk
maju, sehingga anak lebih suka bergantung pada orang lain.
Sikap orang tua yang protek terhadap anak memang bagus dan
dapat menghindarkan anak dari pergaulan bebas dan dari perilaku yang
menyimpang, karena orang tua selalu mengontrol dan memperhatikan perkembangan
anak. Akan tetapi perhatian secara berlebihan akan mengakibatkan anak kurang
bisa hidup mandiri bahkan akan mengakibatkan sikap ketergantungan pada orang
lain, tidak mampu melakukan pekerjaannya sendiri.
Perkembangan teknologi komunikasi membuka peluang bagi
masuknya arus informasi dalam berbagai bentuknya. Kemajuan ini mendorong
lajunya proses globalisasi. Hal ini akan mempengaruhi nilai, sikap atau tingkah
laku kehidupan individu dan masyarakatnya. Kenyataan tersebut menuntut orang
tua muslim untuk selalu waspada dan memfilter budaya-budaya yang masuk sehingga
tidak menimbulkan pengaruh buruk yang tidak sesuai dengan tuntunan ajaran agama
Islam.
Pendidikan agama Islam harus ditanamkan sejak anak usia dini
(kanak-kanak), karena pada masa usia ini anak berada dalam proses pencarian
nilai-nilai hidup yang sesuai dengan hati nuraninya. Pada usia ini, seorang
anak sangat rentan dengan pengaruh sekitarnya sebagai pengalaman pertamanya dan
peletak dasar-dasar kepribadiannya. Maka di sinilah letak pentingnya pendidikan
budi pakerti (akhlak) diberikan kepada manusia semenjak ia kecil (kanak-kanak).
Sehingga ketika ia dewasa, sudah mempunyai dasar-dasar normatif yang sesuai
dengan ketentuan Islam.
Dalam hal ini, tugas pendidikan bukan meningkatkan
kecerdasan saja, melainkan harus mampu mengembangkan seluruh aspek jasmani
maupun aspek rohani. Sebab pendidikan merupakan aktivitas dan usaha manusia
untuk meningkatkan kepribadian dengan jalan membina potensi-potensi pribadinya,
rohani (pikir, rasa, karsa, cipta dan nurani) dengan jasmani (panca indera
serta keterampilan-keterampilan).
Untuk membina dan mengembangkan kepribadian anak, maka perlu
dikenalkan dengan prilaku-prilaku yang sesuai dengan ajaran Islam. Sehingga
melalui pembinaan dan mengembangkan kepribadian anak ialah dengan memberikan
pendidikan budi pakerti (akhlak) ditanamkan sejak lahir hingga dewasa.
Berangkat dari permasalahan dan pemikiran seperti itulah, penulis mengangkat “Kepribadian
Muslim Berdasarkan Pendidikan Islam” sebagai judul proposal skripsi.
B. Rumusan Masalah
Adapun yang
menjadi rumusan masalah dalam penulisan proposal skripsi ini adalah
sebagai berikut :
1.
Bagaimana kepribadian anak menurut
pendidikan Islam?
2.
Bagaimana upaya mengembangkan
kepribadian muslim menurut pendidikan Islam?
C.
Tujuan Pembahasan
Adapun yang menjadi tujuan pembahasan dalam penulisan proposal skripsi ini adalah sebagai berikut :
1.
Untuk mengetahui bagaimana kepribadian anak menurut
pendidikan Islam.
2.
Untuk mengetahui bagaimana upaya mengembangkan
kepribadian muslim menurut pendidikan Islam.
D.
Kegunaan Pembahasan
Adapun yang
menjadi kegunaan pembahasan dalam penulisan proposal
skripsi ini adalah:
Secara
teoritis pembahasan ini bermanfaat bagi para pelaku pendidikan, secara umum
dapat menambah khazanah ilmu pengetahuan khususnya mengenai Kepribadian
Muslim Berdasarkan Pendidikan Islam. Selain itu hasil
pembahasan ini dapat di jadikan bahan kajian bidang study pendidikan.
Secara
praktis, hasil pembahasan ini dapat memberikan arti dan niliai tambah dalam
memperbaiki dan mengaplikasikan Kepribadian Muslim Berdasarkan Pendidikan Islam
ini dalam pelaksanaannya. Dengan demikian, pembahasan ini di harapkan dapat
menjadi tambahan referensi dalam dunia pendidikan, khususnya dalam dunia
pendidikan Islam.
E.
Penjelasan
Istilah
Adanya kesimpangsiuran dan
kesalahpahaman dalam pemakaian istilah merupakan salah satu hal yang sering
terjadi, sehingga mengakibatkan penafsiran yang berbeda. Maka untuk menghindari
hal tersebut di atas, penulis merasa perlu mengadakan pembatasan dari
istilah-istilah yang terdapat dalam judul proposal skripsi ini.
Adapun istilah yang penulis anggap
perlu dijelaskan adalah: Kepribadian Muslim, dan Pendidikan Islam.
1. Kepribadian
Alwisol
dalam bukunya psikologi kepribadian mendefinisikan kepribadian dalam bahasa
Inggris disebut dengan personality. Kata personality
dari
bahasa Yunani-kuno prosopon atau persona, yang artinya “topeng” yang biasa
dipakai artis dalam teater[4].
Tujuan
pemakaian topeng ini selain untuk menyembunyikan identitasnya, juga untuk
keleluasaannya dalam memerankan sosok pribadi lain. Teknik drama ini kemudian
diambil alih oleh bangsa Roma dengan istilah personality. Bagi bangsa Roma, persona
semula
diartikan dengan “bagaimana seseorang tampak pada orang lain dan bukan pribadi
yang sesungguhnya”. Maksud personality bukanlah suatu atribut yang pasti dan spesifik, melainkan sesuatu kwalitas perilaku
total seseorang. Istilah personality kemudian dipakai untuk menamakan para
aktor sendiri, bukan pribadi orang lain yang diperankan. Setelah masa keemasan
Roma, makna istilah ini berubah menjadi “sesuatu yang dianggap sebagai
konstitusi manusia yang dijadikan” [5]
Dalam
perspektif Islam, istilah kepribadian (personality) dikenal dengan istilah al-syakhshiyah
yang berasal dari kata syakhsh yang artinya “pribadi”. Kata itu kemudian
diberi ya nisbah sehingga menjadi kata benda buatan (mashdar
shina’iy) syakhshiyah yang berarti “kepribadian”[6]
Namun
dalam literatur keislaman, kata syakhshiyah kurang begitu dikenal, karena dalam
Al-Qur’an maupun As-Sunnah tidak diketemukan istilah syakhshiyah, kecuali dalam beberapa hadits
disebutkan istilah syakhsh yang berarti pribadi (person), bukan kepribadian (personality).
Para
filsuf maupun sufi lebih akrab menggunakan istilah akhlaq.
Dari
beberapa istilah di atas yang sering dipakai adalah istilah kepribadian. Selain
ruang lingkupnya jelas, istilah kepribadian juga mencerminkan konsep keunikan
diri seseorang.
2. Pendidikan Islam
Hobby dalam Kamus Populernya menjelaskan
Pendidikan berasal dari kata didik yang artinya ”Memelihara, memberi latihan,
dan pimpinan, kemudian kata didik itu mendapat awalan pe- akhiran- an sehingga
menjadi pendidikan yang artinya perbuatan mendidik.”[7]
Oemar Muhammad Al-Syaibani dalam buku
”Filsafat Pendidikan” mengemukakan bahwa ”Pendidikan adalah usaha-usaha untuk
membina pribadi muslim yang terdapat pada pengembangan dari segi spiritual,
jasmani, emosi, intelektual dan sosial.”[8]
Menurut H. M Arifin, pendidikan adalah
usaha orang dewasa secara sadar untuk membimbing dan mengembangkan kepribadian
serta kemampuan dasar anak didik baik dalam bentuk pendidikan formal maupun non
formal.[9]
Zahara Idris memberikan pengertian
pendidikan adalah “Usaha sadar untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan di
dalam dan di luar sekolah dan berlangsung seumur hidup.[10]
Menurut penulis, pendidikan secara umum
adalah suatu proses untuk menentukan kedewasaan manusia atau kedewasaan manusia
sampai sejauh mana tujuan-tujuannya yang telah tercapai, baik secara jasmani ( fisik
) dan rohani ( psikis
).
Menurut Musthofa dalam Uhbiyati,
Pendidikan Islam adalah menanamkan akhlak yang mulia di dalam jiwa anak dalam
masa pertumbuhannya dan menyiraminya dengan air petunjuk dan nasehat, sehingga
akhlak itu menjadi salah satu kemampuan (meresap dalam) jiwanya kemudian
buahnya berwujud keutamaan, kebaikan, dan cinta bekerja untuk kemanfaatan tanah
air.[11]
F.
Metodelogi Penelitian
Adapun metodelogi dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1. Jenis
Penelitian
Penelitian
ini digolongkan kedalam penelitian kepustakaan (library research) karena data yang diteliti berupa
naskah-naskah atau majalah-majalah yang
bersumber dari khazanah
kepustakaan.[12] Untuk itu, data yang akan diambil sepenuhnya
barasal dari kepustakaan atau buku-buku.
2. Pendekatan
Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian
kuantitatif: suatu penelitian yang menggambarkan tentang Kepribadian Muslim Berdasarkan
Pendidikan Islam. dalam hal ini Sukardi menjelaskan
bahwa: metode kuantitatif merupakan suatu metode yang melibatkan tindakan
pengumpulan data guna menentukan, apakah pengaruh tingkat satu variabel atau
lebih”.[13] Selanjutnya Sukardi, mengatakan
pula bahwa:
“Penelitian
kuantitatif adalah suatu metode penelitian yang menggunakan angka-angka dalam
menjelaskan hasil penelitian atau metode yang menunjukkan dan menafsirkan data
yang ada, misalnya tentang situasi yang diambil suatu hubungan dengan
kesehatan, pandangan, sikap yang nampak atau kecenderungan yang sedang nampak,
pertentangan yang sedang meruncing dan sebagainya”.[14]
Penelitian
ini akan menjelaskan Kepribadian Muslim Berdasarkan Pendidikan Islam.
3. Ruang
Lingkup Penelitian
Ruang
lingkup penelitian dalam penulisan proposal skripsi ini Kepribadian Muslim Berdasarkan
Pendidikan Islam.
4. Sumber
Data
Penelitian
ini menggunakan 2 ( dua ) sumber data yaitu: sumber data primer dan sumber data
skunder.
Sumber data
primer adalah sumber data yang langsung dan segera diperoleh dari sumber data
dan penyelidik untuk tujuan penelitian.[15].
Adapun sumber data primer dalam penelitian ini adalah:
1)
Abdul Mujib, Fitrah dan Kepribadian Islam
Sebuah Pendekatan Psikologis, Cet. I, Jakarta: Darul Falah, April 2000.
Sumber data
skunder adalah sumber data yang lebih dahulu dikumpulkan dan dilaporkan oleh
orang luar penyelidik itu sendiri walau yang dikumpulkan itu sebenarnya adalah
data asli.[16] Data skunder dalam
penelitian ini adalah buku-buku yang mempunyai relevansi untuk memperkuat
argumentasi dan melengkapi hasil penelitian ini. Adapun peneliti terdahulu
antara lain:
1)
Marinah, (STAIN SALATIGA). Meneliti tahun 2000, dengan judul Konsep
pendidikan anak menurut abdullah nashih Ulwan (Perspektif psikologi madzab
ketiga).
2)
M. Saifuddin Harits (STAIN, 2003), dengan judul skripsi “Metode pendidikan bagi anak menurut
Islam (aplikasinya dalam kehidupan)”.
3)
Indah Sri Riyanti (STAIN, 2003), dengan judul skripsi “Konsep pendidikan anak pada masa pra
sekolah menurut Islam”.
5. Tehnik Pengumpulan Data
Teknik yang digunakan adalah metode survey
literatur, yaitu mencari data mengenai catatan–catatan terdahulu antara lain
melalui:
1) Asas-asas Pendidikan Islam, karya Hasan Langgulung.
2) Ilmu
Pendidikan dalam Perspektif Islam, karya Ahmad Tafsir.
3)
Azas-Azas Pendidikan Islam, Ahmad D
Marimba.
4)
Psikologi Pendidikan Dengan
Pendekatan Baru,
karya Muhibuddin Syah
5) Hubungan Timbal Balik Pendidikan Agama,
HM. Arifin.
6) Pengantar Psikologi Pendidikan, karya Shalahuddin, Mahfudz,
7) Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam, karya
Ahmad Tafsir.
6. Tehnik Analisa Data
Dalam menganalisa data yang telah terkumpul penulis menggunakan
beberapa metode, yaitu:
1)
Metode Deskriptif
Yaitu peneliti
menguraikan secara teratur seluruh konsepsi buku.[17]
2)
Metode Induktif
Dengan
berdasarkan pada analisa isi kitab tersebut, maka penulis mengambil kesimpulan
dengan metode induksi, yaitu menganalisa semua bagian dan semua
konsep pokok satu persatu dan dalam hubungannya satu sama lain agar darinya
dapat dibangun suatu pemahaman sintesis[18].
G. Sistematika
Penulisan
Adapun sistematika dalam penulisan dalam pembahasan
proposal skripsi ini adalah sebagai
berikut :
Pada bab satu terdapat pendahuluan meliputi : latar
belakang masalah, rumusan masalah, tujuan pembahasan, kegunaan pembahasan,
penjelasan istilah, metode penelitian dan sistematika penulisan.
DAFTAR KEPUSTAKAAN
Poerbakaca, Soegarda dan H. A. Harahap, Eksiklopedi
Pendidikan,Jakarta: PT. Gunung Agung, 1981.
Amal, Bakhrul Khoir, Pendidikan Anak,
http://www.waspada.co.id/ serba_serbi/ pendidikan/ artikel.
php?article_id=60905, 25 April 2005.
Nata, Abuddin, Harus Ada The Power of Family,
http://www.republika.co.id/ suplemen/cetak_detail.asp?mid=5&id=150626&kat_id=105&kat_idl=147&
kat_id2=269, 16 Januari 2004.
Netty Hartati, et al. Islam dan Psikologi,
Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2004.
Hobby, Kamus Populer, Cet.XV,Jakarta:
Central, 1997.
Oemar Muhammad At-Tomy Al-Syaibani, Filsafat
Pendidikan Islam ,terj. Hasan Langgulung, Cet. I,Jakarta: Bulan
Bintang, 1979.
HM. Arifin, Hubungan Timbal Balik
Pendidikan Agama, Jakarta : Bulan Bintang, 2000.
Zahara Idris, Dasar-Dasar Kependidikan,
Bandung : Angkasa, t.t).
Uhbiyati, Nur, Ilmu Pendidikan Islam
(IPI), Bandung: Pustaka Setia, 1997.
M. Nazir, Metode Penelitian, Jakarta:
PT. Ghalia Indonesia,1998 .
Sukardi, Metodologi Penelitian,
Jakarta, PT. Bumi Aksara. 2003.
Winarmo Surachmad,. Dasar dan Teknik
Research Pengantar Metodologi Ilmiah,
Bandung: Angkasa, 1987.
[1]
Poerbakaca, Soegarda dan H. A. Harahap, Eksiklopedi Pendidikan,
(Jakarta: PT. Gunung Agung, 1981), hal. 117.
[2]
Amal, Bakhrul Khoir, Pendidikan Anak, http://www.waspada.co.id/ serba_serbi/
pendidikan/ artikel. php?article_id=60905, 25 April 2005.
[3] Abuddin
Nata, , Harus Ada The Power of Family, http://www.republika.co.id/ suplemen/
cetak_detail.asp?mid=5&id=150626&kat_id=105&kat_idl=147&
kat_id2=269, 16 Januari 2004.
[4]
Alwisol, Psikologi Kepribadian, (Malang: UMM Press, 2004), hal. 8.
[5]
Netty Hartati, et al. Islam dan Psikologi, ( Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada, 2004 ), hal 117.
[6]
Netty Hartati, et al. Islam dan,.........................., hal. 124
[7]
Hobby, Kamus Populer, Cet.XV, (Jakarta: Central, 1997 ), hal 28. Hobby, Kamus Populer,
Cet.XV, (Jakarta: Central, 1997 ), hal
28.
[8] Oemar Muhammad At-Tomy Al-Syaibani, Filsafat
Pendidikan Islam ,terj. Hasan Langgulung, Cet. I, (Jakarta: Bulan
Bintang, 1979 ), hal.44.
[9] HM.
Arifin, Hubungan Timbal Balik Pendidikan Agama, (Jakarta : Bulan Bintang,
2000) hal. 12
[11] Uhbiyati,
Nur, Ilmu Pendidikan Islam (IPI), (Bandung: Pustaka Setia, 1997), hal.
10.
[12] M.
Nazir, Metode Penelitian, ( Jakarta: PT. Ghalia Indonesia,1998 ), hal 54
[13]
Sukardi, Metodologi Penelitian, (Jakarta, PT. Bumi Aksara. 2003),hal.
167
[14]
Sukardi, Metodologi ………,hal. 160
[15]
Winarmo Surachmad,. Dasar dan Teknik Research Pengantar Metodologi Ilmiah,
( Bandung: Angkasa, 1987 ), hal. 163.
[16]
Winarmo Surachmad,. Dasar dan Teknik,....................,hal. 163
[17]
Winarmo Surachmad,. Dasar dan Teknik,....................,hal. 140
[18]
Winarmo Surachmad,. Dasar dan Teknik,....................,hal. 141