Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Widget Atas Posting

Kepribadian Muslim Berdasarkan Pendidikan Islam


BAB I
P E N D A H U L U A N

A.    Latar Belakang Masalah
Proses penciptaan manusia di muka bumi ini bukanlah sebuah proses yang tiba-tiba atau tak sengaja. Akan tetapi sungguh, manusia diciptakan dalam rencana dan iradah Allah untuk menjadikannya sebagai khalifah (wakil) Allah di muka bumi dan hamba Allah yang seluruh usahanya semata-mata diabdikan hanya kepada-Nya. Untuk ini Ia memerintahkan supaya manusia itu beribadah hanya kepada-Nya.
Firman Allah dalam Al-Qur’an Surat Adz-Dzariyat: 56 sebagai berikut:
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ) الذاريات: ٥٦(
Artinya:     Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku (Adz-Dzariyat: 56 )
Dari ayat tersebut telah jelas bahwasannya tugas utama manusia dan tujuan diciptakannya manusia adalah untuk beribadah kepada Allah. Selain tugas utama beribadah kepada Allah juga bertugas untuk memakmurkan bumi dengan mengelola dan memanfaatkan kekayaan yang terdapat di bumi tersebut, untuk kesejahteraan hidup manusia, baik lahir maupun batin. Hal ini menunjukkan bahwa ada dua fungsi penciptaan manusia di bumi ini. Pertama, sebagai hamba dan yang kedua menjadi khalifah atau pemimpin. Sebagai makhluk yang dipersiapkan untuk menjadi hamba dan khalifah, manusia telah diberi kelengkapan kemampuan jasmani dan rohani.
Akan tetapi kemampuan yang diberikan itu bukanlah sesuatu yang sudah final, melainkan masih berupa potensi atau kemampuan dasar serta kecenderungan-kecenderungan murni yang harus ditumbuh-kembangkan seoptimal mungkin sehingga menjadi alat yang berdaya guna dalam ikhtiar kemanusiaannya untuk melaksanakan tugas kekhalifahannya di dunia.
Kepribadian merupakan hasil dari sesuatu proses sepanjang hidup. Kepribadian bukan terjadi dengan serta merta, akan tetapi terbentuk melalui proses kehidupan yang panjang. Baik buruknya kepribadian seseorang sepenuhnya ditentukan oleh faktor-faktor yang mempengaruhi dalam perjalanan hidup seseorang tersebut. Faktor-faktor yang mempengaruhi tersebut antara lain :
1. Pendidikan dalam keluarga
2. Pendidikan dalam sekolah
3. Pergaulan dalam lingkungan/masyarakat
Menurut Poerbakaca dan Harahap kepribadian merupakan keseluruhan dari sifat subyektif, emosional yang mencirikan watak seseorang pada lingkungan dan keseluruhan dari reaksi-reaksi yang sifatnya psikologis,[1] misalnya karakter dan temperamen yang diperoleh dari keturunan, lingkungan dan pangalaman hidup. Yang dimaksud dengan lingkungan di sini ialah lingkungan alam sekitar di peserta didik berada, yang mempunyai pengaruh terhadap perasaan dan sikapnya akan keyakinan atau agamanya. Lingkungan ini besar sekali peranannya terhadap keberhasilan atau tidaknya pendidikan agama, karena lingkungan ini memberikan pengaruh yang positif maupun negatif terhadap perkembangan peserta didik.
Lingkungan yang baik akan  memberikan pengaruh yang baik bagi pembentukan kepribadian anak. Anak akan merasa diakui dan dihargai oleh lingkungannya, sebagai konsekwensinya dia akan berusaha menjaga akhlak dan tingkah lakunya serta bertanggung jawab atas kesejahteraan lingkungannya. Dia akan selalu menjaga nama baiknya dalam lingkungannya, dia selalu berpikir positif dan optimis tidak mudah terpengaruh orang lain, dapat menerima dirinya sendiri maupun orang lain seperti apa adanya. Dari sinilah akan terbentuk suatu kepribadian yang unggul yang akan melahirkan jiwa kepemimpinan, dimana benih-benih jiwa kepemimpinan (leadership) itu sendiri sudah ada secara alamiah sejak kecil, sesuai dengan kodrat manusia sebagai khalifah di bumi. Sebagaimana firman Allah dalam Al-qur’an surat Al-Baqarah: 30 sebagai berikut:
وَإِذْ قَالَ رَبُّكَ لِلْمَلاَئِكَةِ إِنِّي جَاعِلٌ فِي الأَرْضِ خَلِيفَةً قَالُواْ أَتَجْعَلُ فِيهَا مَن يُفْسِدُ فِيهَا وَيَسْفِكُ الدِّمَاء وَنَحْنُ نُسَبِّحُ بِحَمْدِكَ وَنُقَدِّسُ لَكَ قَالَ إِنِّي أَعْلَمُ مَا لاَ تَعْلَمُونَ) البقرة: ٣٠(
Artinya:     Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: "Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi." Mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui."( Qs. Al-Baqarah: 30 )

Kepribadian muslim atau kepribadian manusia seutuhnya dibentuk oleh nilai-nilai yang bersumber dari agama Islam. Memberikan bekal pendidikan agama sedini mungkin menjadi faktor utama pembentukan karakter seseorang. Dalam hal ini orang tua sebagai pemegang kendali dalam pendidikan anak, sangat besar pengaruhnya terhadap pembentukan kepribadian anak, yaitu dengan cara mengembangkan pola komunikasi dan interaksi dengan sesamanya. Selain itu sekolah dan lingkungan masyarakat ikut berperan dalam proses pendidikan anak. Terbentuknya kepribadian dan kreativitas anak merupakan modal bagi penyesuaian diri anak dan lingkungannya dan tentunya memberikan dampak bagi kesejahteraan keluarga secara menyeluruh.[2]
Nata mengatakan, cara mendidik dan perlakuan orang tua kepada anaknya akan memberikan kesan yang kuat dalam membetuk kepribadian anak ketika dewasa kelak.[3] Untuk itu orang tua wajib memberikan bekal agama yang dimaksudkan untuk membentuk anak berkepribadian religius. Dasar-dasar pendidikan agama ini harus sudah ditanamkan sejak anak didik itu masih usia dini, karena jika tidak demikian halnya kemungkinan mengalami kesulitan kelak untuk mencapai tujuan pendidikan Islam yang diberikan masa dewasa.
Islam memberikan perhatian sangat besar dalam kemaslahatan perkembangan kepribadian anak. Sebab kepribadian muslim yang kuat baik dalam keimanan, kejiwaan maupun akhlak adalah modal utama anak itu untuk hidup dan berhasil di dunia dan di akherat kelak. Anak yang berkepribadian muslim yang kuat inilah yang menjadi harapan dan kebanggaan setiap orang tua. Dan dengan kepribadian yang kuat ini anak akan menjalani kehidupannya dengan penuh optimis dan percaya diri sehingga akan lebih membuka peluang untuk meraih kesuksesan.
Namun pada kenyataannya masalah kepribadian muslim kurang mendapat perhatian baik oleh orang tua maupun guru. Ada kalanya karena kesibukan orang tua di luar rumah sehingga melalaikan tugas utamanya mendidik anak. Orang tua kurang memperhatikan perkembangan anak-anaknya, sehingga anak lebih suka bergaul bebas di luar rumah. Kadang-kadang hanya karena lingkungan yang kurang mendukung sewaktu anak masih kecil akan mengakibatkan dampak yang negatif bagi perkembangan kepribadian anak pada usia selanjutnya, sebut saja anak rentan terlibat kasus-kasus kenakalan remaja, salah pergaulan dan mengkonsumsi narkoba, serta yang lainnya. Namun ada kalanya orang terlalu protek terhadap anak. Mereka cenderung memanjakan anak ketimbang memberikan rangsangan untuk maju, sehingga anak lebih suka bergantung pada orang lain.
Sikap orang tua yang protek terhadap anak memang bagus dan dapat menghindarkan anak dari pergaulan bebas dan dari perilaku yang menyimpang, karena orang tua selalu mengontrol dan memperhatikan perkembangan anak. Akan tetapi perhatian secara berlebihan akan mengakibatkan anak kurang bisa hidup mandiri bahkan akan mengakibatkan sikap ketergantungan pada orang lain, tidak mampu melakukan pekerjaannya sendiri.
Perkembangan teknologi komunikasi membuka peluang bagi masuknya arus informasi dalam berbagai bentuknya. Kemajuan ini mendorong lajunya proses globalisasi. Hal ini akan mempengaruhi nilai, sikap atau tingkah laku kehidupan individu dan masyarakatnya. Kenyataan tersebut menuntut orang tua muslim untuk selalu waspada dan memfilter budaya-budaya yang masuk sehingga tidak menimbulkan pengaruh buruk yang tidak sesuai dengan tuntunan ajaran agama Islam.
Pendidikan agama Islam harus ditanamkan sejak anak usia dini (kanak-kanak), karena pada masa usia ini anak berada dalam proses pencarian nilai-nilai hidup yang sesuai dengan hati nuraninya. Pada usia ini, seorang anak sangat rentan dengan pengaruh sekitarnya sebagai pengalaman pertamanya dan peletak dasar-dasar kepribadiannya. Maka di sinilah letak pentingnya pendidikan budi pakerti (akhlak) diberikan kepada manusia semenjak ia kecil (kanak-kanak). Sehingga ketika ia dewasa, sudah mempunyai dasar-dasar normatif yang sesuai dengan ketentuan Islam.
Dalam hal ini, tugas pendidikan bukan meningkatkan kecerdasan saja, melainkan harus mampu mengembangkan seluruh aspek jasmani maupun aspek rohani. Sebab pendidikan merupakan aktivitas dan usaha manusia untuk meningkatkan kepribadian dengan jalan membina potensi-potensi pribadinya, rohani (pikir, rasa, karsa, cipta dan nurani) dengan jasmani (panca indera serta keterampilan-keterampilan).
Untuk membina dan mengembangkan kepribadian anak, maka perlu dikenalkan dengan prilaku-prilaku yang sesuai dengan ajaran Islam. Sehingga melalui pembinaan dan mengembangkan kepribadian anak ialah dengan memberikan pendidikan budi pakerti (akhlak) ditanamkan sejak lahir hingga dewasa. Berangkat dari permasalahan dan pemikiran seperti itulah, penulis mengangkat “Kepribadian Muslim Berdasarkan Pendidikan Islam” sebagai judul proposal skripsi.
B.    Rumusan Masalah
Adapun  yang menjadi rumusan masalah dalam penulisan proposal skripsi  ini adalah sebagai berikut : 
1.     Bagaimana kepribadian anak menurut pendidikan Islam?
2.     Bagaimana upaya mengembangkan kepribadian muslim menurut pendidikan Islam?
C.    Tujuan Pembahasan
Adapun yang menjadi tujuan pembahasan dalam penulisan proposal skripsi  ini adalah sebagai berikut :
1.     Untuk mengetahui bagaimana kepribadian anak menurut pendidikan Islam.
2.     Untuk mengetahui bagaimana upaya mengembangkan kepribadian muslim menurut pendidikan Islam.
D.    Kegunaan Pembahasan
               Adapun yang menjadi kegunaan pembahasan dalam penulisan proposal skripsi ini adalah:
              Secara teoritis pembahasan ini bermanfaat bagi para pelaku pendidikan, secara umum dapat menambah khazanah ilmu pengetahuan khususnya mengenai Kepribadian Muslim Berdasarkan Pendidikan Islam. Selain itu  hasil pembahasan ini dapat di jadikan bahan kajian bidang study pendidikan.
              Secara praktis, hasil pembahasan ini dapat memberikan arti dan niliai tambah dalam memperbaiki dan mengaplikasikan Kepribadian Muslim Berdasarkan Pendidikan Islam ini dalam pelaksanaannya. Dengan demikian, pembahasan ini di harapkan dapat menjadi tambahan referensi dalam dunia pendidikan, khususnya dalam dunia pendidikan Islam.
E.    Penjelasan Istilah
Adanya kesimpangsiuran dan kesalahpahaman dalam pemakaian istilah merupakan salah satu hal yang sering terjadi, sehingga mengakibatkan penafsiran yang berbeda. Maka untuk menghindari hal tersebut di atas, penulis merasa perlu mengadakan pembatasan dari istilah-istilah yang terdapat dalam judul proposal skripsi ini.
            Adapun istilah yang penulis anggap perlu dijelaskan adalah: Kepribadian Muslim, dan Pendidikan Islam.
1.     Kepribadian
Alwisol dalam bukunya psikologi kepribadian mendefinisikan kepribadian dalam bahasa Inggris disebut dengan personality. Kata personality dari bahasa Yunani-kuno prosopon atau persona, yang artinya “topeng” yang biasa dipakai artis dalam teater[4].
Tujuan pemakaian topeng ini selain untuk menyembunyikan identitasnya, juga untuk keleluasaannya dalam memerankan sosok pribadi lain. Teknik drama ini kemudian diambil alih oleh bangsa Roma dengan istilah personality. Bagi bangsa Roma, persona semula diartikan dengan “bagaimana seseorang tampak pada orang lain dan bukan pribadi yang sesungguhnya”. Maksud personality bukanlah suatu atribut yang pasti dan spesifik, melainkan sesuatu kwalitas perilaku total seseorang. Istilah personality kemudian dipakai untuk menamakan para aktor sendiri, bukan pribadi orang lain yang diperankan. Setelah masa keemasan Roma, makna istilah ini berubah menjadi “sesuatu yang dianggap sebagai konstitusi manusia yang dijadikan” [5]
Dalam perspektif Islam, istilah kepribadian (personality) dikenal dengan istilah al-syakhshiyah yang berasal dari kata syakhsh yang artinya “pribadi”. Kata itu kemudian diberi ya nisbah sehingga menjadi kata benda buatan (mashdar shina’iy) syakhshiyah yang berarti “kepribadian”[6]
Namun dalam literatur keislaman, kata syakhshiyah kurang begitu dikenal, karena dalam Al-Qur’an maupun As-Sunnah tidak diketemukan istilah syakhshiyah, kecuali dalam beberapa hadits disebutkan istilah syakhsh yang berarti pribadi (person), bukan kepribadian (personality). Para filsuf maupun sufi lebih akrab menggunakan istilah akhlaq.
Dari beberapa istilah di atas yang sering dipakai adalah istilah kepribadian. Selain ruang lingkupnya jelas, istilah kepribadian juga mencerminkan konsep keunikan diri seseorang.
2.     Pendidikan Islam
Hobby dalam Kamus Populernya menjelaskan Pendidikan berasal dari kata didik yang artinya ”Memelihara, memberi latihan, dan pimpinan, kemudian kata didik itu mendapat awalan pe- akhiran- an sehingga menjadi pendidikan yang artinya perbuatan mendidik.”[7]
Oemar Muhammad Al-Syaibani dalam buku ”Filsafat Pendidikan” mengemukakan bahwa ”Pendidikan adalah usaha-usaha untuk membina pribadi muslim yang terdapat pada pengembangan dari segi spiritual, jasmani, emosi, intelektual dan sosial.”[8]
Menurut H. M Arifin, pendidikan adalah usaha orang dewasa secara sadar untuk membimbing dan mengembangkan kepribadian serta kemampuan dasar anak didik baik dalam bentuk pendidikan formal maupun non formal.[9]
Zahara Idris memberikan pengertian pendidikan adalah “Usaha sadar untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan di dalam dan di luar sekolah dan berlangsung seumur hidup.[10]
Menurut penulis, pendidikan secara umum adalah suatu proses untuk menentukan kedewasaan manusia atau kedewasaan manusia sampai sejauh mana tujuan-tujuannya yang telah tercapai, baik secara jasmani ( fisik ) dan rohani               ( psikis ).
Menurut Musthofa dalam Uhbiyati, Pendidikan Islam adalah menanamkan akhlak yang mulia di dalam jiwa anak dalam masa pertumbuhannya dan menyiraminya dengan air petunjuk dan nasehat, sehingga akhlak itu menjadi salah satu kemampuan (meresap dalam) jiwanya kemudian buahnya berwujud keutamaan, kebaikan, dan cinta bekerja untuk kemanfaatan tanah air.[11]
F.     Metodelogi Penelitian
            Adapun metodelogi dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.     Jenis Penelitian
Penelitian ini digolongkan kedalam penelitian kepustakaan (library research) karena data yang diteliti berupa naskah-naskah atau majalah-majalah yang bersumber dari khazanah kepustakaan.[12] Untuk itu, data yang akan diambil sepenuhnya barasal dari kepustakaan atau buku-buku.
2.     Pendekatan Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif: suatu penelitian yang menggambarkan tentang Kepribadian Muslim Berdasarkan Pendidikan Islam. dalam hal ini Sukardi menjelaskan bahwa: metode kuantitatif merupakan suatu metode yang melibatkan tindakan pengumpulan data guna menentukan, apakah pengaruh tingkat satu variabel atau lebih”.[13] Selanjutnya Sukardi, mengatakan pula bahwa:
“Penelitian kuantitatif adalah suatu metode penelitian yang menggunakan angka-angka dalam menjelaskan hasil penelitian atau metode yang menunjukkan dan menafsirkan data yang ada, misalnya tentang situasi yang diambil suatu hubungan dengan kesehatan, pandangan, sikap yang nampak atau kecenderungan yang sedang nampak, pertentangan yang sedang meruncing dan sebagainya”.[14]

Penelitian ini akan menjelaskan Kepribadian Muslim Berdasarkan Pendidikan Islam.
3.     Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian dalam penulisan proposal skripsi ini Kepribadian Muslim Berdasarkan Pendidikan Islam.
4.     Sumber Data
Penelitian ini menggunakan 2 ( dua ) sumber data yaitu: sumber data primer dan sumber data skunder.
Sumber data primer adalah sumber data yang langsung dan segera diperoleh dari sumber data dan penyelidik untuk tujuan penelitian.[15]. Adapun sumber data primer dalam penelitian ini adalah:
1)     Abdul Mujib, Fitrah dan Kepribadian Islam Sebuah Pendekatan Psikologis, Cet. I, Jakarta: Darul Falah, April 2000.
Sumber data skunder adalah sumber data yang lebih dahulu dikumpulkan dan dilaporkan oleh orang luar penyelidik itu sendiri walau yang dikumpulkan itu sebenarnya adalah data asli.[16] Data skunder dalam penelitian ini adalah buku-buku yang mempunyai relevansi untuk memperkuat argumentasi dan melengkapi hasil penelitian ini. Adapun peneliti terdahulu antara lain:
1)     Marinah, (STAIN SALATIGA). Meneliti tahun 2000, dengan judul Konsep pendidikan anak menurut abdullah nashih Ulwan (Perspektif psikologi madzab ketiga).
2)     M. Saifuddin Harits (STAIN, 2003), dengan judul skripsi Metode pendidikan bagi anak menurut Islam (aplikasinya dalam kehidupan).
3)     Indah Sri Riyanti (STAIN, 2003), dengan judul skripsi Konsep pendidikan anak pada masa pra sekolah menurut Islam”.
    5.  Tehnik Pengumpulan Data
Teknik yang digunakan adalah metode survey literatur, yaitu mencari data mengenai catatan–catatan terdahulu antara lain melalui:
1)     Asas-asas Pendidikan Islam, karya Hasan Langgulung.
2)     Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam, karya Ahmad Tafsir.
3)      Azas-Azas Pendidikan Islam, Ahmad D Marimba.
4)     Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru, karya Muhibuddin Syah
5)      Hubungan Timbal Balik Pendidikan Agama, HM. Arifin.
6)     Pengantar Psikologi Pendidikan, karya Shalahuddin, Mahfudz,
7)     Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam, karya  Ahmad Tafsir.
     6.  Tehnik Analisa Data
Dalam menganalisa data yang telah terkumpul penulis menggunakan beberapa metode, yaitu:
1)     Metode Deskriptif
Yaitu peneliti menguraikan secara teratur seluruh konsepsi buku.[17]
2)     Metode Induktif
Dengan berdasarkan pada analisa isi kitab tersebut, maka penulis mengambil kesimpulan dengan metode induksi, yaitu menganalisa semua bagian dan semua konsep pokok satu persatu dan dalam hubungannya satu sama lain agar darinya dapat dibangun suatu pemahaman sintesis[18].
G.   Sistematika Penulisan
            Adapun sistematika dalam penulisan dalam pembahasan proposal skripsi  ini adalah sebagai berikut :
            Pada bab satu terdapat pendahuluan meliputi : latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan pembahasan, kegunaan pembahasan, penjelasan istilah, metode penelitian dan sistematika penulisan.













DAFTAR KEPUSTAKAAN

Poerbakaca, Soegarda dan H. A. Harahap, Eksiklopedi Pendidikan,Jakarta: PT. Gunung Agung, 1981.
Amal, Bakhrul Khoir, Pendidikan Anak, http://www.waspada.co.id/ serba_serbi/ pendidikan/ artikel. php?article_id=60905, 25 April 2005.
Nata, Abuddin, Harus Ada The Power of Family, http://www.republika.co.id/ suplemen/cetak_detail.asp?mid=5&id=150626&kat_id=105&kat_idl=147& kat_id2=269, 16 Januari 2004.
Netty Hartati, et al. Islam dan Psikologi, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2004.
Hobby, Kamus Populer, Cet.XV,Jakarta: Central,  1997.
Oemar Muhammad At-Tomy Al-Syaibani, Filsafat Pendidikan Islam ,terj. Hasan Langgulung, Cet. I,Jakarta: Bulan Bintang,  1979.
HM. Arifin, Hubungan Timbal Balik Pendidikan Agama, Jakarta : Bulan Bintang, 2000.
Zahara Idris, Dasar-Dasar Kependidikan, Bandung : Angkasa, t.t).
Uhbiyati, Nur, Ilmu Pendidikan Islam (IPI), Bandung: Pustaka Setia, 1997.
M. Nazir, Metode Penelitian, Jakarta: PT. Ghalia Indonesia,1998 .
Sukardi, Metodologi Penelitian, Jakarta, PT. Bumi Aksara. 2003.
Winarmo Surachmad,. Dasar dan Teknik Research Pengantar Metodologi Ilmiah,  Bandung: Angkasa, 1987.


[1] Poerbakaca, Soegarda dan H. A. Harahap, Eksiklopedi Pendidikan, (Jakarta: PT. Gunung Agung, 1981), hal. 117.
[2] Amal, Bakhrul Khoir, Pendidikan Anak, http://www.waspada.co.id/ serba_serbi/ pendidikan/ artikel. php?article_id=60905, 25 April 2005.
[3] Abuddin Nata, , Harus Ada The Power of Family, http://www.republika.co.id/ suplemen/ cetak_detail.asp?mid=5&id=150626&kat_id=105&kat_idl=147& kat_id2=269, 16 Januari 2004.
[4] Alwisol, Psikologi Kepribadian, (Malang: UMM Press, 2004), hal. 8.
[5] Netty Hartati, et al. Islam dan Psikologi, ( Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2004 ), hal 117.
[6] Netty Hartati, et al. Islam dan,.........................., hal. 124
[7] Hobby, Kamus Populer, Cet.XV, (Jakarta: Central,  1997 ), hal 28. Hobby, Kamus Populer, Cet.XV, (Jakarta: Central,  1997 ), hal 28.
[8] Oemar Muhammad At-Tomy Al-Syaibani, Filsafat Pendidikan Islam ,terj. Hasan Langgulung, Cet. I, (Jakarta: Bulan Bintang,  1979 ), hal.44.
[9] HM. Arifin, Hubungan Timbal Balik Pendidikan Agama, (Jakarta : Bulan Bintang, 2000) hal. 12
[10] Zahara Idris, Dasar-Dasar Kependidikan, (Bandung : Angkasa, t.t), hal. 70
[11] Uhbiyati, Nur, Ilmu Pendidikan Islam (IPI), (Bandung: Pustaka Setia, 1997), hal. 10.
[12] M. Nazir, Metode Penelitian, ( Jakarta: PT. Ghalia Indonesia,1998 ), hal 54
[13] Sukardi, Metodologi Penelitian, (Jakarta, PT. Bumi Aksara. 2003),hal. 167
[14] Sukardi, Metodologi ………,hal. 160
[15] Winarmo Surachmad,. Dasar dan Teknik Research Pengantar Metodologi Ilmiah, ( Bandung: Angkasa, 1987 ), hal. 163.
[16] Winarmo Surachmad,. Dasar dan Teknik,....................,hal. 163
[17] Winarmo Surachmad,. Dasar dan Teknik,....................,hal. 140
[18] Winarmo Surachmad,. Dasar dan Teknik,....................,hal. 141