A. Strategi
Pembelajaran Aqidah yang Diterapkan oleh Sekolah
Dalam
proses pembelajaran diperlukan strategi yang baik agar tujuan yang telah
didisusun dan direncanakan dapat tercapai. Sebelum membahas lebih jauh tentang
definisi strategi pembelajaran, berikut dikemukakan sekilas tentang pengertian
strategi dan pembelajaran. Strategi merupakan usaha untuk memperoleh kesuksesan
dan keberhasilan dalam mencapai tujuan. Dalam dunia pendidikan, mengutip
pendapat J.R. David, strategi dapat diartikan sebagai “a plan, method, or
series of activities designed to achieves a particular educational goal”.[1]
Pada
mulanya istilah strategi banyak digunakan dalam dunia militer yang diartikan
sebagai cara penggunaan seluruh kekuatan militer untuk memenangkan suatu
peperangan. Sekarang, istilah strategi banyak digunakan dalam berbagai bidang
kegiatan yang bertujuan memperoleh kesuksesan atau keberhasilan dalam mencapai
tujuan. Misalnya seorang manajer atau pimpinan perusahaan yang menginginkan
keuntungan dan kesuksesan yang besar akan menerapkan suatu strategi dalam
mencapai tujuannya itu, seorang pelatih tim basket akan menentukan strategi
yang dianggap tepat untuk dapat memenangkan suatu pertandingan. Begitu juga
seorang dosen yang mengharapkan hasil baik dalam proses pembelajaran juga akan
menerapkan suatu strategi agar hasil belajar mahasiswanya mendapat prestasi
yang terbaik.
Sedangkan
pembelajaran memiliki cukup banyak sudut pandang. Salah satunya dapat diambil
dari pendapat Oemar Hamalik, yang menyebutkan bahwa “pembelajaran adalah upaya
mengorganisasi lingkungan untuk menciptakan kondisi belajar bagi peserta
didik”.[2] Implikasi dari pengertian ini adalah
: (a) pendidikan bertujuan mengembangkan atau mengubah tingkah laku peserta
didik, (b) kegiatan pembelajaran berupa pengorganisasian lingkungan, dan (c) peserta
didik sebagai suatu organisme yang hidup.
Sementara
itu, pengertian strategi pembelajaran, sebagaimana telah disinggung pada bab I
merupakan suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan dosen dan mahasiswa
agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien. Di lain
pihak, Dick & Carey menyatakan bahwa “strategi pembelajaran adalah suatu
set materi dan prosedur pembelajaran yang digunakan secara bersama-sama untuk
menimbulkan hasil belajar pada mahasiswa”.[3] Strategi
pembelajaran juga berarti perencanaan yang berisi tentang rangkaian kegiatan
yang didesain untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Strategi pembelajaran
merupakan rencana tindakan (rangkaian kegiatan) termasuk penggunaan metode dan
pemanfaatan berbagai sumber daya atau kekuatan dalam pembelajaran yang disusun
untuk mencapai tujuan tertenu. Dalam hal ini adalah tujuan pembelajaran.[4]
Mengacu pendapat sejumlah pakar pendidikan, Hamzah B. Uno menyimpulkan,
“strategi pembelajaran adalah cara-cara yang akan dipilih dan digunakan oleh
seorang pengajar untuk menyampaikan materi pembelajaran sehingga akan
memudahkan peserta didik menerima dan memahami materi pembelajaran, yang pada
akhirnya tujuan pembelajaran dapat dikuasainya di akhir kegiatan belajar”.[5] Strategi pembelajaran memiliki
konotasi dengan strategi belajar mengajar. W. Gulo mengartikan strategi belajar
mengajar sebagai “rencana dan cara-cara membawakan pengajaran agar segala prinsip dasar dapat
terlaksana dan segala tujuan pengajaran dapat tercapai secara efektif”.[6]
Cara-cara tersebut merupakan pola dan urutan umum perbuatan dosen dan murid
dalam perwujudan kegiatan belajar mengajar. Pola dan urutan umum itu adalah
kerangka umum kegiatan belajar mengajar yang tersusun dalam suatu rangkaian
bertahap menuju tujuan yang telah ditetapkan.
Pendapat
senada dikemukakan JJ. Hasibuan dan Moedjiono. Menurut keduanya strategi
belajar mengajar adalah :
Pola umum perbuatan dosen dan murid
di dalam perwujudan kegiatan belajar mengajar. Pengertian strategi menunjuk
pada karakteristik abstrak dari rentetan perbuatan dosen-murid di dalam
peristiwa belajar mengajar. Rentetan perbuatan dosen-murid dalam suatu
peristiwa belajar mengajar actual tertentu, dinamakan prosedur instruksional.[7]
Dari sejumlah pendapat di atas, dapat ditarik benang
merah bahwa strategi pembelajaran merupakan serangkaian rencana yang disusun
secara sistematis oleh dosen maupun lembaga pendidikan tentang kegiatan
pembelajaran yang akan dilaksanakan, baik menyangkut materi, metode dan sumber
daya, sehingga tujuan yang diinginkan dapat tercapai dengan baik. Dalam kaitan ini, penting
memperhatikan pendekatan yang digunakan, sebagai strategi dasar dalam
pembelajaran. Setidaknya ada dua pendekatan yang berbeda dalam pembelajaran,
yaitu : (1) pendekatan yang berorientasi pada dosen/lembaga pendidikan, dan (2)
pendekatan yang berorientasi pada kebutuhan dan karakteristik mahasiswa.[8]
1. Pendekatan
yang berorientasi pada dosen/lembaga pendidikan
Pendekatan
ini merupakan pendekatan konvensional, dimana hampir seluruh kegiatan
belajar/mengajar dikendalikan secara penuh oleh para dosen dan staf lembaga
pendidikan. Dosen mengkomunikasikan pengetahuannya kepada mahasiswa dalam
bentuk pokok bahasan dalam beberapa macam bentuk silabus. Kelas berlangsung dan
selesai dalam jangka waktu tertentu sesuai jadwal. Metode yang banyak digunakan
adalah ceramah dengan tatap muka.
Keuntungan pendekatan ini diantaranya: (a) memudahkan
lembaga pendidikan untuk mengifisienkan akomodasi dan sumber-sumber peralatan
dan mempermudah penggunaan jadwal yang efektif oleh para pegawai; dan (b) dosen
dapat membuat situasi belajar yang berbeda untuk mahasiswa. Sedangkan
kelemahannya : (a) keberhasilan belajar mahasiswa sangat tergantung pada
ketrampilan dan kemampuan dosen; (b) kecepatan mahasiswa dalam belajar
disamakan oleh dosen, padahal mahasiswa memiliki kemampuan yang berbeda; (c)
metode aktual yang akan diterapkan tidak sesuai untuk mengajar ketrampilan dan
sikap yang diinginkan; (d) jadwal pembelajaran menjadi kaku; dan (e) dosen
cenderung bersikap memberi/menyerahkan pengetahuan dan membatasi jangkauan mahasiswa.
2. Pendekatan
yang berorientasi pada kebutuhan dan karakteristik mahasiswa
Pendekatan
ini merupakan pendekatan dalam belajar yang ditekankan pada ciri-ciri dan
kebutuhan mahasiswa secara individual, sedangkan lembaga pendidikan dan para
pengajar berfungsi dan berperan sebagai
penunjang saja. Mahasiswa dapat belajar dengan sistwm yang luwes yang diarahkan
agar mahasiswa dapat membentuk cara belajarnya sesuai dengan gayanya
masing-masing. Mahasiswa yang potensial dengan latar belakang dan usia yang
berbeda-beda dapat belajar di mana saja dan kapan saja, sesuai dengan
kesempatan individu tersebut.
Keuntungan sistem ini : (a) sumber-sumber belajar lebih
banyak tersedia; (b) mahasiswa tidak tergantung pada dosen; (c) kecepatan
belajar mahasiswa ditentukan oleh mahasiswa sendiri; (d) bimbingan dan
penyuluhan dari dosen lebih bermanfaat dan lebih relevan; dan (e) mahasiswa
memperoleh kesempatan belajar yang lebih luas. Sedangkan kelemahannya: (a)
kurang sesuai diterapkan pada kaum muda yang belum berpengalaman; (b) dosen
seringkali kesulitan dalam membuat atau menyusun strategi belajar terutama
dalam menyiapkan sumber belajar baru; (c) jenjang yang agak terbatas dan
keterbatasan dalam menggunakan berbagai tipe belajar; dan (d) kualifikasi yang
diperoleh sebagai hasil belajarnya dianggap sebagai mutu dua.
Sementara
itu, mengacu pendapat Newman dan Mogan bahwa:
…strategi dasar setiap usaha
meliputi empat masalah masing-masing adalah sebagai berikut: (1)
Pengidentifikasian dan penetapan spesifiakasi dan kualifikasi hasil yang harus
dicapai dan menjadi sasaran usaha tersebut dengan mempertimbangkan aspirasi
masyarakat yang memerlukannya; (2) Pertimbangan dan pemilihan pendekatan utama
yang ampuh untuk mencapai sasaran; (3) Pertimbangan dan penetapan
langkah-langkah yang ditempuh sejak awal sampai akhir. (4) Pertimbangan dan
penetapan tolok ukur dan ukuran baku yang akan digunakan untuk menilai
keberhasilan usaha yang dilakukan.[9]
Dalam
konteks pembelajaran, keempat strategi dasar tersebut bisa diterjemahkan
menjadi: (1) mengidentifikasi dan menetapkan spesifikasi dan kualifikasi
perubahan tingkah laku kepribadian peserta didik yang diharapkan; (2) memilih
sistem pendekatan belajar mengajar berdasarkan aspirasi dan pandangan hidup
masyarakat; (3) memilih dan menetapkan prosedur, metode dan teknik belajar
mengajar yang dianggap paling tepat, efektif, sehingga dapat dijadikan pegangan
oleh para dosen dalam menunaikan kegiatan mengajarnya; dan (4) menetapkan
norma-norma dan batas minimal keberhasilan atau kriteria dan standar
keberhasilan sehingga dapat dijadikan pedoman oleh dosen dalam elakukan
evaluasi hasil kegiatan belajar mengajar yang selanjutnya akan dijadikan umpan
balik buat penyempurnaan sistem instruksional yang bersangkutan secara
keseluruhan.
1.
Komponen
dan Jenis-jenis Strategi Pembelajaran
Strategi
pembelajaran merupakan hal yang harus diperhatikan oleh para dosen dan
pengelola lembaga pendidikan dalam proses pembelajaran. Dalam kaitan ini,
penting diketahui apa saja komponen yang terdapat dalam strategi pembelajaran.
Sedikitnya
ada 5 (lima) komponen strategi pembelajaran yang layak dikemukakan dalam
tulisan ini, yaitu :
a.
Kegiatan pembelajaran pendahuluan
Dalam
komponen ini, dosen diharapkan dapat menarik minat peserta didik atas materi
pelajaran yang akan disampaikan. Teknik yang dapat digunakan antara lain : (1)
menjelaskan tujuan pembelajaran khusus yang diharapkan dapat dicapai oleh
peserta didik di akhir pembelajaran; dan (2) melakukan apersepsi, yakni
menghubungkan antara pengetahuan lama yang dimiliki peserta didik dengan
pengetahuan baru yang akan dipelajari.
b.
Penyampaian informasi
Beberapa
hal yang harus diperhatikan dalam penyampaian informasi pembelajaran : (1)
urutan penyampaian mata pelajaran harus menggunakan pola yang tepat; (2) ruang
lingkup materi, apakah dalam bentuk bagian-bagian kecil seperti pembelajaran
terprogram atau disampaikan secara global dulu baru ke bagian-bagian; dan (3) dosen
harus memahami jenis materi pelajaran yang akan disampaikan agar diperoleh
strategi pembelajaran yang sesuai.
c.
Partisipasi peserta didik
Mengacu
pada prinsip student centered, maka peserta didik sesungguhnya merupakan pusat
dari kegiatan belajar. Partisipasi peserta didik berhubungan dengan: (1)
latihan dan praktik; dan (2) umpan balik.
d.
Tes
Tes
dilakukan untuk mengetahu : (1) apakah tujuan pembelajaran khusus telah
tercapai atau belum; dan (2) apakah pengetahuan, sikap dan ketrampilan telah
benar-benar dimiliki oleh peserta didik atau belum.
e.
Kegiatan lanjutan
Kegiatan
lanjutan atau sering disebut follow up merupakan tindak lanjut dari
pembelajaran yang telah dilakukan. Dalam hal ini, peserta didik menerima tindak
lanjut yang berbeda sebagai konsekwensi hasil belajar yang bervariasi.[10] Ada pula yang berpendapat bahwa
komponen pembelajaran meliputi suatu komponen yang saling bergantung satu sama
lain untuk mencapai tujuan, yaitu : (1) tujuan pembelajaran; (2) bahan
pembelajaran; (3) kegiatan pembelajaran; (4) peserta didik; (5) dosen; (6) metode; (7) situasi; (8) alat; dan (9)
evaluasi. Agar
tujuan itu tercapai, semua komponen yang ada harus diorganisasikan sehingga
antarsesama komponen terjadi kerja sama. Oleh karena itu, dosen tidak boleh
hanya memperhatikan komponen-komponen tertentu saja misalnya metode, bahan, dan
evaluasi saja, tetapi ia harus mempertimbangkan komponen secara keseluruhan.[11]
Selain komponen-komponen di atas, W. Gulo menambahkan faktor “administrasi dan
finansial sebagai komponen strategi pembelajaran”.[12] Sementara itu, terkait jenis-jenis
strategi pembelajaran, setidaknya ada 3 jenis strategi yang berkaitan dengan
pembelajaran, yakni: (a) strategi pengorganisasian pembelajaran, (b) strategi
penyampaian pembelajaran, dan (c) strategi pengelolaan pembelajaran.[13]
a.
Strategi Pengorganisasian
Pembelajaran
Strategi
mengorganisasi isi pelajaran disebut sebagai struktural strategi, yang mengacu
pada cara untuk membuat urutan dan mensintesis fakta, konsep, prosedur dan
prinsip yang berkaitan. Strategi pengorganisasian, lebih
lanjut dibedakan menjadi dua jenis, yaitu strategi mikro dan strategi makro.
Startegi mikro mengacu kepada metode untuk pengorganisasian isi pembelajaran
yang berkisar pada satu konsep, atau prosedur atau prinsip. Strategi makro
mengacu kepada metode untuk mengorganisasi isi pembelajaran yang melibatkan
lebih dari satu konsep atau prosedur atau prinsip.
Strategi
makro berurusan dengan bagaimana memilih, menata urusan, membuat sintesis dan
rangkuman isi pembelajaran yang saling berkaitan. Pemilihan isi berdasarkan
tujuan pembelajaran yang ingin dicapai, mengacu pada penentapan konsep apa yang
diperlukan untuk mencapai tujuan itu. Penataan urutan isi mengacu pada
keputusan untuk menata dengan urutan tertentu konsep yang akan diajarkan. Pembuatan
sintesis diantara konsep prosedur atau prinsip. Pembauatn rangkuman mengacu
kepada keputusan tentang bagaimana cara melakukan tinjauan ulang konsepnserta
kaitan yang sudah diajarkan.
b.
Strategi Penyampaian Pembelajaran
Strategi
penyampaian isi pembelajaran merupkan komponen variabel metode untuk
melaksanakan proses pembelajaran. Fungsi strategi penyampaian pembelajaran
adalah: (1) menyampaikan isi pembelajaran kepada pebelajar, dan (2) menyediakan
informasi atau bahan-bahan yang diperlukan pebelajar untuk menampilkan unjuk
kerja.
c.
Strategi Pengelolaan Pembelajaran
Strategi
pengelolaan pembelajaran merupakan komponen variabel metode yang berurusan
dengan bagaimana menata interaksi antara pebelajar dengan variabel metode
pembelajaran lainnya. Strategi ini berkaitan dengan pengambilan keputusan
tentang strategi pengorganisasian dan strategi penyampaian mana yang digunakan
selama proses pembelajaran. Paling tidak, ada 3 (tiga) klasifikasi penting
variabel strategi pengelolaan, yaitu penjadwalan, pembuatan catatan kemajuan
belajar mahasiswa, dan motivasi.
Sementara
W. Gulo merinci jenis-jenis strategi belajar mengajar menjadi 3 hal :
(1) strategi belajar mengajar yang berpusat pada dosen; (2)
strategi belajar mengajar yang berpusat pada peserta didik; dan (3) strategi
belajar mengajar yang berpusat pada materi pengajaran. Jika dilihat dari sudut
kegiatan pengelolaan pesan/materi, jenis strategi belajar mengajar ada dua :
(1) strategi belajar mengajar ekspositori, yakni dosen mengolah secara tuntas
pesan/materi sebelum disampaikan di kelas, murid tinggal menerima; (2) strategi
belajar mengajar heuristik, yaitu peserta didik mengolah sendiri pesan/materi
dengan pengarahan dosen.[14]
Ada
pula strategi pembelejaran kontekstual, yaitu suatu proses pendidikan yang
holistik dan bertujuan memotivasi mahasiswa untuk memahami makna materi
pelajaran yang dipelajarinya dengan mengkaitkan materi tersebut dengan konteks
kehidupan mereka sehari-hari (konteks pribadi, sosial, dan kultural) sehingga mahasiswa
memiliki pengetahuan/keterampilan yang secara fleksibel dapat diterapkan
(ditransfer) dari satu permasalahan /konteks ke permasalahan/konteks lainnya.[15]
Pendekatan
kontektual (Contextual Teaching and Learning) merupakan konsep belajar
yang membantu dosen mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi
dunia nyata mahasiswa dan mendorong mahasiswa membuat hubungan antara
pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai
anggota keluarga dan masyarakat. Dengan konsep itu, hasil pembelajaran
diharapkan lebih bermakna bagi mahasiswa. Proses pembelajaran berlansung
alamiah dalam bentuk kegiatan mahasiswa bekerja dan mengalami, bukan
mentransfer pengetahuan dari dosen ke mahasiswa. Strategi pembelajaran lebih
dipentingkan daripada hasil.
Dalam
kelas kontekstual, tugas dosen adalah membantu mahasiswa mencapai tujuannya. Dosen
lebih banyak berurusan dengan strategi daripada memberi informasi. Tugas dosen
mengelola kelas sebagai sebuah tim yang bekerja bersama untuk menemukan sesuatu
yang baru bagi anggota kelas (mahasiswa). Sesuatu yang baru datang dari
menemukan sendiri bukan dari apa kata dosen.
2.
Pemilihan
Strategi Pembelajaran
Beberapa
prinsip-prinsip yang mesti dilakukan oleh pengajar dalam memilih strategi
pembelajaran secara tepat dan akurat, pertimbangan tersebut mesti berdasarkan
pada penetapan sebagaimana diuraikan di bawah ini :
1)
Tujuan Pembelajaran
Penetapan
tujuan pembelajaran merupakan syarat mutlak bagi dosen dalam memilih metode
yang akan digunakan di dalam menyajikan materi pengajaran. Tujuan pembelajaran
merupakan sasaran yang hendak dicapai pada akhir pengajaran, serta kemampuan
yang harus dimiliki mahasiswa. Sasaran tersebut dapat terwujud dengan
menggunakan metode-metode pembelajaran. Tujuan pembelajaran adalah kemampuan
(kompetensi) atau keterampilan yang diharapkan dimiliki oleh mahasiswa setelah
mereka melakukan proses pembelajaran tertentu.
Tujuan
pembelajaran dapat menentukan suatu strategi yang harus digunakan dosen.
Misalnya, seorang dosen Olahraga dan Kesehatan menetapkan tujuan pembelajaran
agar mahasiswa dapat mendemontrasikan cara menendang bola dengan baik dan
benar. Dalam hal ini metode yang dapat membantu mahasiswa-mahasiswa mencapai
tujuan adalah metode ceramah, dosen memberi instruksi,petunjuk, aba-aba dan
dilaksanakan di lapangan, kemudian metode demonstrasi,mahasiswa-mahasiswa
mendemonstrasikan cara menendang bola dengan baik dan benar, selanjutnya dapat
digunakan metode pembagian tugas, mahasiswa-mahasiswa kita tugasi, bagaimana
menjadi keeper, kapten, gelandang, dan apa tugas mereka, dan bagaimana mereka
dapat bekerjasama dan menendang bola. Dalam contoh ini, terdapat kemampuan
mahasiswa pada tingkat kognitif dan psikomotorik. Demikian juga diaplikasikan
kemampuan Afektif, tentang bagaimana kemampuan mereka dalam bekerjasama dalam
bermain bola dari metode pemberian tugas yang diberikan dosen kepada setiap
individu.
Dalam
silabus telah dirumuskan indikator hasil belajar atau hasil yang diperoleh mahasiswa
setelah mereka mengikuti proses pembelajaran. Terdapat empat komponen pokok
dalam merumuskan indikator hasil belajar yaitu:
a. Penentuan
subyek belajar untuk menunjukkan sasaran relajar.
b. Kemampuan
atau kompetensi yang dapat diukur atau yang dapat ditampilkan melalui
peformance mahasiswa.
c. Keadaan
dan situasi dimana mahasiswa dapat mendemonstrasikan performancenya
d. Standar
kualitas dan kuantitas hasil belajar.
Berdasarkan
indikator dalam penentuan tujuan pembelajaran maka dapat dirumuskan tujuan
pembelajaran mengandung unsur; Audience (peserta didik), Behavior (perilaku
yang harus dimiliki), Condition (kondisi dan situasi) dan Degree (kualitas
dan kuantítas hasil belajar).
2)
Aktivitas dan Pengetahuan Awal Mahasiswa
Belajar merupakan berbuat,
memperoleh pengalaman tertentu sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Karena itu
strategi pembelajaran harus dapat mendorong aktivitas mahasiswa. Aktivitas
tidak dimaksudkan hanya terbatas pada aktifitas fisik saja akan tetapi juga
meliputi aktivitas yang bersifat psikis atau aktivitas mental.
Pada awal atau sebelum dosen masuk ke
kelas memberi materi pengajaran kepada mahasiswa, ada tugas dosen yang tidak
boleh dilupakan adalah untuk mengetahui pengetahuan awal mahasiswa. Sewaktu
memberi materi pengajaran kelak dosen tidak kecewa dengan hasil yang dicapai mahasiswa,
untuk mendapat pengetahuan awal mahasiswa dosen dapat melakukan pretes
tertulis, tanya jawab di awal pelajaran. Dengan mengetahui pengetahuan awal mahasiswa,
dosen dapat menyusun strategi memilih metode pembelajaran yang tepat pada mahasiswa-mahasiswa.
Apa metode yang akan kita
pergunakan? Sangat tergantung juga pada pengetahuan awal mahasiswa, dosen telah
mengidentifikasi pengetahuan awal. Pengetahuan awal dapat berasal dari pokok
bahasan yang akan kita ajarkan, jika mahasiswa tidak memiliki prinsip, konsep,
dan fakta atau memiliki pengalaman, maka kemungkinan besar mereka belum dapat
dipergunakan metode yang bersifat belajar mandiri, hanya metode yang dapat
diterapkan ceramah, demonstrasi, penampilan, latihan dengan teman, sumbang
saran, pratikum, bermain peran dan lain-lain. Sebaliknya jika mahasiswa telah
memahami prinsip, konsep, dan fakta maka dosen dapat mempergunakan metode
diskusi, studi mandiri, studi kasus, dan metode insiden, sifat metode ini lebih
banyak analisis, dan memecah masalah.
c).
Integritas Bidang Studi/Pokok
Bahasan
Mengajar
merupakan usaha mengembangkan seluruh pribadi mahasiswa. Mengajar bukan hanya
mengembangkan kemampuan kognitif saja, tetapi juga meliputi pengembangan aspek
afektif dan aspek psikomotor. Karena itu strategi pembelajaran harus dapat
mengembangkan seluruh aspek kepribadian secara terintegritas. Pada sekolah
lanjutan tingkat pertama dan sekolah menengah, program studi diatur dalam tiga
kelompok. Pertama, program pendidikan umum. Kedua, program pendidikan akademik.
Ketiga, Program Pendidikan Agama, PKn, Penjas dan Kesenian dikelompokkan ke
dalam program pendidikan umum. Program pendidikan akademik bidang studinya
berkaitan dengan keterampilan. Karena itu metode yang digunakan lebih
berorientasi pada masing-masing ranah (kognitif, afektif, dan psikomotorik)
yang terdapat dalam pokok bahasan.
Umpamanya
ranah psikomotorik lebih dominan dalam pokok bahasan tersebut, maka metode
demonstrasi yang dibutuhkan, mahasiswa berkesempatan mendemostrasikan materi
secara bergiliran di dalam kelas atau di lapangan. Dengan demikian metode yang
kita pergunakan tidak terlepas dari bentuk dan muatan materi dalam pokok
bahasan yang disampaikan kepada mahasiswa.[16]
[1]
Departemen Pendidikan Nasional RI,
Strategi Pembelajaran… hal. 3-4
[4] Ibid.
[5] Hamzah
B. Uno, Model Pembelajaran: Menciptakan
Proses Belajar Mengajar yang Kreatif dan Inovatif, (Jakarta : PT. Bumi
Aksara, 2008), hlm. 2.
[7] JJ.
Hasibuan dan Moedjiono, Proses Belajar
Mengajar, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1992), hlm. 3.
[8] Fred
Percival & Henry Ellington, Teknologi
Pendidikan, Alih Bahasa : Sudjarwo S., (Jakarta : Erlangga, 1988), hlm. 19.
[11] http://zaifbio.wordpress.com,
Konsep Dasar Strategi Pembelajaran, diakses
pada Senin, 6 Juni 2011
[16] Ibid, hal. 47
0 Comments
Post a Comment