Strategi Pembelajaran Aqidah yang Diterapkan oleh Sekolah


A.    Strategi Pembelajaran Aqidah yang Diterapkan oleh Sekolah


Dalam proses pembelajaran diperlukan strategi yang baik agar tujuan yang telah didisusun dan direncanakan dapat tercapai. Sebelum membahas lebih jauh tentang definisi strategi pembelajaran, berikut dikemukakan sekilas tentang pengertian strategi dan pembelajaran. Strategi merupakan usaha untuk memperoleh kesuksesan dan keberhasilan dalam mencapai tujuan. Dalam dunia pendidikan, mengutip pendapat J.R. David, strategi dapat diartikan sebagai “a plan, method, or series of activities designed to achieves a particular educational goal”.[1]
Pada mulanya istilah strategi banyak digunakan dalam dunia militer yang diartikan sebagai cara penggunaan seluruh kekuatan militer untuk memenangkan suatu peperangan. Sekarang, istilah strategi banyak digunakan dalam berbagai bidang kegiatan yang bertujuan memperoleh kesuksesan atau keberhasilan dalam mencapai tujuan. Misalnya seorang manajer atau pimpinan perusahaan yang menginginkan keuntungan dan kesuksesan yang besar akan menerapkan suatu strategi dalam mencapai tujuannya itu, seorang pelatih tim basket akan menentukan strategi yang dianggap tepat untuk dapat memenangkan suatu pertandingan. Begitu juga seorang dosen yang mengharapkan hasil baik dalam proses pembelajaran juga akan menerapkan suatu strategi agar hasil belajar mahasiswanya mendapat prestasi yang terbaik.
Sedangkan pembelajaran memiliki cukup banyak sudut pandang. Salah satunya dapat diambil dari pendapat Oemar Hamalik, yang menyebutkan bahwa “pembelajaran adalah upaya mengorganisasi lingkungan untuk menciptakan kondisi belajar bagi peserta didik”.[2] Implikasi dari pengertian ini adalah : (a) pendidikan bertujuan mengembangkan atau mengubah tingkah laku peserta didik, (b) kegiatan pembelajaran berupa pengorganisasian lingkungan, dan (c) peserta didik sebagai suatu organisme yang hidup.
Sementara itu, pengertian strategi pembelajaran, sebagaimana telah disinggung pada bab I merupakan suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan dosen dan mahasiswa agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien. Di lain pihak, Dick & Carey menyatakan bahwa “strategi pembelajaran adalah suatu set materi dan prosedur pembelajaran yang digunakan secara bersama-sama untuk menimbulkan hasil belajar pada mahasiswa”.[3] Strategi pembelajaran juga berarti perencanaan yang berisi tentang rangkaian kegiatan yang didesain untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Strategi pembelajaran merupakan rencana tindakan (rangkaian kegiatan) termasuk penggunaan metode dan pemanfaatan berbagai sumber daya atau kekuatan dalam pembelajaran yang disusun untuk mencapai tujuan tertenu. Dalam hal ini adalah tujuan pembelajaran.[4]
Mengacu pendapat sejumlah pakar pendidikan, Hamzah B. Uno menyimpulkan, “strategi pembelajaran adalah cara-cara yang akan dipilih dan digunakan oleh seorang pengajar untuk menyampaikan materi pembelajaran sehingga akan memudahkan peserta didik menerima dan memahami materi pembelajaran, yang pada akhirnya tujuan pembelajaran dapat dikuasainya di akhir kegiatan belajar”.[5] Strategi pembelajaran memiliki konotasi dengan strategi belajar mengajar. W. Gulo mengartikan strategi belajar mengajar sebagai “rencana dan cara-cara membawakan  pengajaran agar segala prinsip dasar dapat terlaksana dan segala tujuan pengajaran dapat tercapai secara efektif”.[6] Cara-cara tersebut merupakan pola dan urutan umum perbuatan dosen dan murid dalam perwujudan kegiatan belajar mengajar. Pola dan urutan umum itu adalah kerangka umum kegiatan belajar mengajar yang tersusun dalam suatu rangkaian bertahap menuju tujuan yang telah ditetapkan.
Pendapat senada dikemukakan JJ. Hasibuan dan Moedjiono. Menurut keduanya strategi belajar mengajar adalah :
Pola umum perbuatan dosen dan murid di dalam perwujudan kegiatan belajar mengajar. Pengertian strategi menunjuk pada karakteristik abstrak dari rentetan perbuatan dosen-murid di dalam peristiwa belajar mengajar. Rentetan perbuatan dosen-murid dalam suatu peristiwa belajar mengajar actual tertentu, dinamakan prosedur instruksional.[7]

Dari sejumlah pendapat di atas, dapat ditarik benang merah bahwa strategi pembelajaran merupakan serangkaian rencana yang disusun secara sistematis oleh dosen maupun lembaga pendidikan tentang kegiatan pembelajaran yang akan dilaksanakan, baik menyangkut materi, metode dan sumber daya, sehingga tujuan yang diinginkan dapat tercapai dengan baik. Dalam kaitan ini, penting memperhatikan pendekatan yang digunakan, sebagai strategi dasar dalam pembelajaran. Setidaknya ada dua pendekatan yang berbeda dalam pembelajaran, yaitu : (1) pendekatan yang berorientasi pada dosen/lembaga pendidikan, dan (2) pendekatan yang berorientasi pada kebutuhan dan karakteristik mahasiswa.[8]
1.     Pendekatan yang berorientasi pada dosen/lembaga pendidikan
Pendekatan ini merupakan pendekatan konvensional, dimana hampir seluruh kegiatan belajar/mengajar dikendalikan secara penuh oleh para dosen dan staf lembaga pendidikan. Dosen mengkomunikasikan pengetahuannya kepada mahasiswa dalam bentuk pokok bahasan dalam beberapa macam bentuk silabus. Kelas berlangsung dan selesai dalam jangka waktu tertentu sesuai jadwal. Metode yang banyak digunakan adalah ceramah dengan tatap muka.
Keuntungan pendekatan ini diantaranya: (a) memudahkan lembaga pendidikan untuk mengifisienkan akomodasi dan sumber-sumber peralatan dan mempermudah penggunaan jadwal yang efektif oleh para pegawai; dan (b) dosen dapat membuat situasi belajar yang berbeda untuk mahasiswa. Sedangkan kelemahannya : (a) keberhasilan belajar mahasiswa sangat tergantung pada ketrampilan dan kemampuan dosen; (b) kecepatan mahasiswa dalam belajar disamakan oleh dosen, padahal mahasiswa memiliki kemampuan yang berbeda; (c) metode aktual yang akan diterapkan tidak sesuai untuk mengajar ketrampilan dan sikap yang diinginkan; (d) jadwal pembelajaran menjadi kaku; dan (e) dosen cenderung bersikap memberi/menyerahkan pengetahuan dan membatasi jangkauan mahasiswa.
2.     Pendekatan yang berorientasi pada kebutuhan dan karakteristik mahasiswa
Pendekatan ini merupakan pendekatan dalam belajar yang ditekankan pada ciri-ciri dan kebutuhan mahasiswa secara individual, sedangkan lembaga pendidikan dan para pengajar berfungsi dan berperan  sebagai penunjang saja. Mahasiswa dapat belajar dengan sistwm yang luwes yang diarahkan agar mahasiswa dapat membentuk cara belajarnya sesuai dengan gayanya masing-masing. Mahasiswa yang potensial dengan latar belakang dan usia yang berbeda-beda dapat belajar di mana saja dan kapan saja, sesuai dengan kesempatan individu tersebut.
Keuntungan sistem ini : (a) sumber-sumber belajar lebih banyak tersedia; (b) mahasiswa tidak tergantung pada dosen; (c) kecepatan belajar mahasiswa ditentukan oleh mahasiswa sendiri; (d) bimbingan dan penyuluhan dari dosen lebih bermanfaat dan lebih relevan; dan (e) mahasiswa memperoleh kesempatan belajar yang lebih luas. Sedangkan kelemahannya: (a) kurang sesuai diterapkan pada kaum muda yang belum berpengalaman; (b) dosen seringkali kesulitan dalam membuat atau menyusun strategi belajar terutama dalam menyiapkan sumber belajar baru; (c) jenjang yang agak terbatas dan keterbatasan dalam menggunakan berbagai tipe belajar; dan (d) kualifikasi yang diperoleh sebagai hasil belajarnya dianggap sebagai mutu dua.
Sementara itu, mengacu pendapat Newman dan Mogan bahwa:
…strategi dasar setiap usaha meliputi empat masalah masing-masing adalah sebagai berikut: (1) Pengidentifikasian dan penetapan spesifiakasi dan kualifikasi hasil yang harus dicapai dan menjadi sasaran usaha tersebut dengan mempertimbangkan aspirasi masyarakat yang memerlukannya; (2) Pertimbangan dan pemilihan pendekatan utama yang ampuh untuk mencapai sasaran; (3) Pertimbangan dan penetapan langkah-langkah yang ditempuh sejak awal sampai akhir. (4) Pertimbangan dan penetapan tolok ukur dan ukuran baku yang akan digunakan untuk menilai keberhasilan usaha yang dilakukan.[9]

Dalam konteks pembelajaran, keempat strategi dasar tersebut bisa diterjemahkan menjadi: (1) mengidentifikasi dan menetapkan spesifikasi dan kualifikasi perubahan tingkah laku kepribadian peserta didik yang diharapkan; (2) memilih sistem pendekatan belajar mengajar berdasarkan aspirasi dan pandangan hidup masyarakat; (3) memilih dan menetapkan prosedur, metode dan teknik belajar mengajar yang dianggap paling tepat, efektif, sehingga dapat dijadikan pegangan oleh para dosen dalam menunaikan kegiatan mengajarnya; dan (4) menetapkan norma-norma dan batas minimal keberhasilan atau kriteria dan standar keberhasilan sehingga dapat dijadikan pedoman oleh dosen dalam elakukan evaluasi hasil kegiatan belajar mengajar yang selanjutnya akan dijadikan umpan balik buat penyempurnaan sistem instruksional yang bersangkutan secara keseluruhan.
1.     Komponen dan Jenis-jenis Strategi Pembelajaran
Strategi pembelajaran merupakan hal yang harus diperhatikan oleh para dosen dan pengelola lembaga pendidikan dalam proses pembelajaran. Dalam kaitan ini, penting diketahui apa saja komponen yang terdapat dalam strategi pembelajaran.
Sedikitnya ada 5 (lima) komponen strategi pembelajaran yang layak dikemukakan dalam tulisan ini, yaitu :
a.      Kegiatan pembelajaran pendahuluan
Dalam komponen ini, dosen diharapkan dapat menarik minat peserta didik atas materi pelajaran yang akan disampaikan. Teknik yang dapat digunakan antara lain : (1) menjelaskan tujuan pembelajaran khusus yang diharapkan dapat dicapai oleh peserta didik di akhir pembelajaran; dan (2) melakukan apersepsi, yakni menghubungkan antara pengetahuan lama yang dimiliki peserta didik dengan pengetahuan baru yang akan dipelajari.
b.     Penyampaian informasi
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam penyampaian informasi pembelajaran : (1) urutan penyampaian mata pelajaran harus menggunakan pola yang tepat; (2) ruang lingkup materi, apakah dalam bentuk bagian-bagian kecil seperti pembelajaran terprogram atau disampaikan secara global dulu baru ke bagian-bagian; dan (3) dosen harus memahami jenis materi pelajaran yang akan disampaikan agar diperoleh strategi pembelajaran yang sesuai.
c.      Partisipasi peserta didik
Mengacu pada prinsip student centered, maka peserta didik sesungguhnya merupakan pusat dari kegiatan belajar. Partisipasi peserta didik berhubungan dengan: (1) latihan dan praktik; dan (2) umpan balik.
d.     Tes
Tes dilakukan untuk mengetahu : (1) apakah tujuan pembelajaran khusus telah tercapai atau belum; dan (2) apakah pengetahuan, sikap dan ketrampilan telah benar-benar dimiliki oleh peserta didik atau belum.
e.      Kegiatan lanjutan
Kegiatan lanjutan atau sering disebut follow up merupakan tindak lanjut dari pembelajaran yang telah dilakukan. Dalam hal ini, peserta didik menerima tindak lanjut yang berbeda sebagai konsekwensi hasil belajar yang bervariasi.[10]  Ada pula yang berpendapat bahwa komponen pembelajaran meliputi suatu komponen yang saling bergantung satu sama lain untuk mencapai tujuan, yaitu : (1) tujuan pembelajaran; (2) bahan pembelajaran; (3) kegiatan pembelajaran; (4) peserta didik; (5) dosen;  (6) metode; (7) situasi; (8) alat; dan (9) evaluasi. Agar tujuan itu tercapai, semua komponen yang ada harus diorganisasikan sehingga antarsesama komponen terjadi kerja sama. Oleh karena itu, dosen tidak boleh hanya memperhatikan komponen-komponen tertentu saja misalnya metode, bahan, dan evaluasi saja, tetapi ia harus mempertimbangkan komponen secara keseluruhan.[11] Selain komponen-komponen di atas, W. Gulo menambahkan faktor “administrasi dan finansial sebagai komponen strategi pembelajaran”.[12] Sementara itu, terkait jenis-jenis strategi pembelajaran, setidaknya ada 3 jenis strategi yang berkaitan dengan pembelajaran, yakni: (a) strategi pengorganisasian pembelajaran, (b) strategi penyampaian pembelajaran, dan (c) strategi pengelolaan pembelajaran.[13]
a.   Strategi Pengorganisasian Pembelajaran
Strategi mengorganisasi isi pelajaran disebut sebagai struktural strategi, yang mengacu pada cara untuk membuat urutan dan mensintesis fakta, konsep, prosedur dan prinsip yang berkaitan. Strategi pengorganisasian, lebih lanjut dibedakan menjadi dua jenis, yaitu strategi mikro dan strategi makro. Startegi mikro mengacu kepada metode untuk pengorganisasian isi pembelajaran yang berkisar pada satu konsep, atau prosedur atau prinsip. Strategi makro mengacu kepada metode untuk mengorganisasi isi pembelajaran yang melibatkan lebih dari satu konsep atau prosedur atau prinsip.
Strategi makro berurusan dengan bagaimana memilih, menata urusan, membuat sintesis dan rangkuman isi pembelajaran yang saling berkaitan. Pemilihan isi berdasarkan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai, mengacu pada penentapan konsep apa yang diperlukan untuk mencapai tujuan itu. Penataan urutan isi mengacu pada keputusan untuk menata dengan urutan tertentu konsep yang akan diajarkan. Pembuatan sintesis diantara konsep prosedur atau prinsip. Pembauatn rangkuman mengacu kepada keputusan tentang bagaimana cara melakukan tinjauan ulang konsepnserta kaitan yang sudah diajarkan.
b.   Strategi Penyampaian Pembelajaran
Strategi penyampaian isi pembelajaran merupkan komponen variabel metode untuk melaksanakan proses pembelajaran. Fungsi strategi penyampaian pembelajaran adalah: (1) menyampaikan isi pembelajaran kepada pebelajar, dan (2) menyediakan informasi atau bahan-bahan yang diperlukan pebelajar untuk menampilkan unjuk kerja.
c.   Strategi Pengelolaan Pembelajaran
Strategi pengelolaan pembelajaran merupakan komponen variabel metode yang berurusan dengan bagaimana menata interaksi antara pebelajar dengan variabel metode pembelajaran lainnya. Strategi ini berkaitan dengan pengambilan keputusan tentang strategi pengorganisasian dan strategi penyampaian mana yang digunakan selama proses pembelajaran. Paling tidak, ada 3 (tiga) klasifikasi penting variabel strategi pengelolaan, yaitu penjadwalan, pembuatan catatan kemajuan belajar mahasiswa, dan motivasi.
Sementara W. Gulo merinci jenis-jenis strategi belajar mengajar menjadi 3 hal :
(1) strategi belajar mengajar yang berpusat pada dosen; (2) strategi belajar mengajar yang berpusat pada peserta didik; dan (3) strategi belajar mengajar yang berpusat pada materi pengajaran. Jika dilihat dari sudut kegiatan pengelolaan pesan/materi, jenis strategi belajar mengajar ada dua : (1) strategi belajar mengajar ekspositori, yakni dosen mengolah secara tuntas pesan/materi sebelum disampaikan di kelas, murid tinggal menerima; (2) strategi belajar mengajar heuristik, yaitu peserta didik mengolah sendiri pesan/materi dengan pengarahan dosen.[14]

Ada pula strategi pembelejaran kontekstual, yaitu suatu proses pendidikan yang holistik dan bertujuan memotivasi mahasiswa untuk memahami makna materi pelajaran yang dipelajarinya dengan mengkaitkan materi tersebut dengan konteks kehidupan mereka sehari-hari (konteks pribadi, sosial, dan kultural) sehingga mahasiswa memiliki pengetahuan/keterampilan yang secara fleksibel dapat diterapkan (ditransfer) dari satu permasalahan /konteks ke permasalahan/konteks lainnya.[15]
Pendekatan kontektual (Contextual Teaching and Learning) merupakan konsep belajar yang membantu dosen mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata mahasiswa dan mendorong mahasiswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Dengan konsep itu, hasil pembelajaran diharapkan lebih bermakna bagi mahasiswa. Proses pembelajaran berlansung alamiah dalam bentuk kegiatan mahasiswa bekerja dan mengalami, bukan mentransfer pengetahuan dari dosen ke mahasiswa. Strategi pembelajaran lebih dipentingkan daripada hasil.
Dalam kelas kontekstual, tugas dosen adalah membantu mahasiswa mencapai tujuannya. Dosen lebih banyak berurusan dengan strategi daripada memberi informasi. Tugas dosen mengelola kelas sebagai sebuah tim yang bekerja bersama untuk menemukan sesuatu yang baru bagi anggota kelas (mahasiswa). Sesuatu yang baru datang dari menemukan sendiri bukan dari apa kata dosen.
2.     Pemilihan Strategi Pembelajaran
Beberapa prinsip-prinsip yang mesti dilakukan oleh pengajar dalam memilih strategi pembelajaran secara tepat dan akurat, pertimbangan tersebut mesti berdasarkan pada penetapan sebagaimana diuraikan di bawah ini :
1)     Tujuan Pembelajaran
Penetapan tujuan pembelajaran merupakan syarat mutlak bagi dosen dalam memilih metode yang akan digunakan di dalam menyajikan materi pengajaran. Tujuan pembelajaran merupakan sasaran yang hendak dicapai pada akhir pengajaran, serta kemampuan yang harus dimiliki mahasiswa. Sasaran tersebut dapat terwujud dengan menggunakan metode-metode pembelajaran. Tujuan pembelajaran adalah kemampuan (kompetensi) atau keterampilan yang diharapkan dimiliki oleh mahasiswa setelah mereka melakukan proses pembelajaran tertentu.
Tujuan pembelajaran dapat menentukan suatu strategi yang harus digunakan dosen. Misalnya, seorang dosen Olahraga dan Kesehatan menetapkan tujuan pembelajaran agar mahasiswa dapat mendemontrasikan cara menendang bola dengan baik dan benar. Dalam hal ini metode yang dapat membantu mahasiswa-mahasiswa mencapai tujuan adalah metode ceramah, dosen memberi instruksi,petunjuk, aba-aba dan dilaksanakan di lapangan, kemudian metode demonstrasi,mahasiswa-mahasiswa mendemonstrasikan cara menendang bola dengan baik dan benar, selanjutnya dapat digunakan metode pembagian tugas, mahasiswa-mahasiswa kita tugasi, bagaimana menjadi keeper, kapten, gelandang, dan apa tugas mereka, dan bagaimana mereka dapat bekerjasama dan menendang bola. Dalam contoh ini, terdapat kemampuan mahasiswa pada tingkat kognitif dan psikomotorik. Demikian juga diaplikasikan kemampuan Afektif, tentang bagaimana kemampuan mereka dalam bekerjasama dalam bermain bola dari metode pemberian tugas yang diberikan dosen kepada setiap individu.
Dalam silabus telah dirumuskan indikator hasil belajar atau hasil yang diperoleh mahasiswa setelah mereka mengikuti proses pembelajaran. Terdapat empat komponen pokok dalam merumuskan indikator hasil belajar yaitu:
a.      Penentuan subyek belajar untuk menunjukkan sasaran relajar.
b.     Kemampuan atau kompetensi yang dapat diukur atau yang dapat ditampilkan melalui peformance mahasiswa.
c.      Keadaan dan situasi dimana mahasiswa dapat mendemonstrasikan performancenya
d.     Standar kualitas dan kuantitas hasil belajar.
Berdasarkan indikator dalam penentuan tujuan pembelajaran maka dapat dirumuskan tujuan pembelajaran mengandung unsur; Audience (peserta didik), Behavior (perilaku yang harus dimiliki), Condition (kondisi dan situasi) dan Degree (kualitas dan kuantítas hasil belajar).
2)     Aktivitas dan Pengetahuan Awal Mahasiswa
Belajar merupakan berbuat, memperoleh pengalaman tertentu sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Karena itu strategi pembelajaran harus dapat mendorong aktivitas mahasiswa. Aktivitas tidak dimaksudkan hanya terbatas pada aktifitas fisik saja akan tetapi juga meliputi aktivitas yang bersifat psikis atau aktivitas mental.
Pada awal atau sebelum dosen masuk ke kelas memberi materi pengajaran kepada mahasiswa, ada tugas dosen yang tidak boleh dilupakan adalah untuk mengetahui pengetahuan awal mahasiswa. Sewaktu memberi materi pengajaran kelak dosen tidak kecewa dengan hasil yang dicapai mahasiswa, untuk mendapat pengetahuan awal mahasiswa dosen dapat melakukan pretes tertulis, tanya jawab di awal pelajaran. Dengan mengetahui pengetahuan awal mahasiswa, dosen dapat menyusun strategi memilih metode pembelajaran yang tepat pada mahasiswa-mahasiswa.
Apa metode yang akan kita pergunakan? Sangat tergantung juga pada pengetahuan awal mahasiswa, dosen telah mengidentifikasi pengetahuan awal. Pengetahuan awal dapat berasal dari pokok bahasan yang akan kita ajarkan, jika mahasiswa tidak memiliki prinsip, konsep, dan fakta atau memiliki pengalaman, maka kemungkinan besar mereka belum dapat dipergunakan metode yang bersifat belajar mandiri, hanya metode yang dapat diterapkan ceramah, demonstrasi, penampilan, latihan dengan teman, sumbang saran, pratikum, bermain peran dan lain-lain. Sebaliknya jika mahasiswa telah memahami prinsip, konsep, dan fakta maka dosen dapat mempergunakan metode diskusi, studi mandiri, studi kasus, dan metode insiden, sifat metode ini lebih banyak analisis, dan memecah masalah.
c).   Integritas Bidang Studi/Pokok Bahasan
Mengajar merupakan usaha mengembangkan seluruh pribadi mahasiswa. Mengajar bukan hanya mengembangkan kemampuan kognitif saja, tetapi juga meliputi pengembangan aspek afektif dan aspek psikomotor. Karena itu strategi pembelajaran harus dapat mengembangkan seluruh aspek kepribadian secara terintegritas. Pada sekolah lanjutan tingkat pertama dan sekolah menengah, program studi diatur dalam tiga kelompok. Pertama, program pendidikan umum. Kedua, program pendidikan akademik. Ketiga, Program Pendidikan Agama, PKn, Penjas dan Kesenian dikelompokkan ke dalam program pendidikan umum. Program pendidikan akademik bidang studinya berkaitan dengan keterampilan. Karena itu metode yang digunakan lebih berorientasi pada masing-masing ranah (kognitif, afektif, dan psikomotorik) yang terdapat dalam pokok bahasan.
Umpamanya ranah psikomotorik lebih dominan dalam pokok bahasan tersebut, maka metode demonstrasi yang dibutuhkan, mahasiswa berkesempatan mendemostrasikan materi secara bergiliran di dalam kelas atau di lapangan. Dengan demikian metode yang kita pergunakan tidak terlepas dari bentuk dan muatan materi dalam pokok bahasan yang disampaikan kepada mahasiswa.[16]


[1] Departemen Pendidikan Nasional RI, Strategi Pembelajaran… hal. 3-4
[2] Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2003), hlm. 61.
[3] Departemen Pendidikan Nasional RI, Strategi Pembelajaran … hlm. 3-4.
[4] Ibid.
[5] Hamzah B. Uno, Model Pembelajaran: Menciptakan Proses Belajar Mengajar yang Kreatif dan Inovatif, (Jakarta : PT. Bumi Aksara, 2008), hlm. 2.
[6] W. Gulo, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: PT. Grasindo, 2005), hlm. 3.
[7] JJ. Hasibuan dan Moedjiono, Proses Belajar Mengajar, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1992), hlm. 3.
[8] Fred Percival & Henry Ellington, Teknologi Pendidikan, Alih Bahasa : Sudjarwo S., (Jakarta : Erlangga, 1988), hlm. 19.
[9] Departemen Pendidikan Nasional RI, Strategi Pembelajaran…hlm. 7
[10] Uno, Model Pembelajaran, hlm. 3-7.
[11] http://zaifbio.wordpress.com, Konsep Dasar Strategi Pembelajaran, diakses pada Senin, 6 Juni 2011
[12] Gulo, Strategi Belajar Mengajar, hlm. 8-9.
[13] Departemen Pendidikan Nasional RI, Strategi Pembelajaran, hlm. 4-5.

[14] Gulo, Strategi Belajar Mengajar,hlm. 12.
[15] Departemen Pendidikan Nasional RI, Strategi Pembelajaran, hlm. 41.
[16] Ibid, hal. 47

0 Comments