Hakikat Orang Tua Bagi Anak
A. Hakikat Orang Tua Bagi Anak
Orangtua adalah orang yang bertanggung jawab dalam satu keluarga atau rumah
tangga yang biasa disebut ibu/bapak.[1]
Orangtua yaitu orang-orang yang bertanggung jawab atas kelangsungan hidup anak.[2]
Menurut Hery Noor Aly orangtua adalah “ibu dan ayah dan masing-masing mempunyai
tanggung jawab yang sama dalam pendidikan anak”.[3]
Berdasarkan uraian di atas, dapat dikatakan bahwa peran orangtua merupakan
suatu kompleks pengharapan manusia terhadap caranya individu harus bersikap
sebagai orang yang mempunyai tanggung jawab dalam satu keluarga, dalam hal ini
khususnya peran terhadap anaknya dalam hal pendidikan, keteladanan, kreatif
sehingga timbul dalam diri anak semangat hidup dalam pencapaian keselarasan
hidup di dunia ini.
Sehingga sebagai orangtua mempunyai kewajiban memelihara keselamatan
kehidupan keluarga, baik moral maupun material, denagn keteladanan, kreatif
sehingga timbul dalam diri anak semangat hidup dalam pencapaian keselarasan
hidup di dunia ini. Sebagaimana firman Allah surat At-Tahrim ayat 6 sebagai
berikut:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا قُوا
أَنفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَاراً وَقُودُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ عَلَيْهَا
مَلَائِكَةٌ غِلَاظٌ شِدَادٌ لَا يَعْصُونَ اللَّهَ مَا أَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُونَ
مَا يُؤْمَرُون َ)ﺍﻟﺘﺤﺮﻳﻢ ׃ ٦ (
Artinya: Hai orang-orang yang
beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya
adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan
tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan
selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.(Qs. At-tahrim:6).
Kepribadian orangtua, sikap dan cara hidup mereka merupakan unsur-unsur
pendidikan yang tidak langsung, yang dengan sendirinya akan masuk ke dalam
pribadi anak yang sedang tumbuh. Hal ini dikarenakan posisi orang tua memiliki
hubungan terdekat dengan anak-anaknya. Anak belajar mengenal makna cinta kasih,
simpati, ideologi dan tingkah laku lainnya secara langsung kepada orang tuanya,
sehingga perilaku orang tua memiliki pengaruh yang sangat signifikan bagi
pembentukan karakter anak.
Orangtua
merupakan lingkungan terdekat anak, selain orang-orang sekitarnya. Orangtua dan
anak yang berada dalam suatu kondisi lingkungan adalah keluarga inti. Keluarga
merupakan lingkungan pertama dan utama yang bertanggung jawab terhadap
perkembangan anak-anak didik pertama kali oleh lingkungan pertamanya yaitu
keluarga, labih khusus orang tuanya. Hal ini yang menjadi perhatian karena anak
tersebut merupakan produk dari keluarga.[4]
Lingkungan kedua yang berfungsi juga sebagai tempat pendidikan di luar
adalah masyarakat. Dalam masyarakat tersebut anak akan berinteraksi dengan
orang lain sehingga baik secara langsung maupun tidak langsung akan saling
mempengaruhi pembentukan pribadi anak. Jika orang tua sabar secara intensif
mendukung serta bisa menjadi teladan, maka hal itu jelas masukan yang sangat
berartidalam proses pembentukan anak seperti Rasulullah Saw. katakan bahwa anak
memiliki fitrah, tauhid yang secara potensial dapat dikembangkan.
Peran orang tua merupakan kegiatan untuk mengembangkan segala potensi anak.
Kegiatan tersebutlah yang akan mempengaruhi anak, termasuk dari sisi emosinya.
Peran orang tua sebenarnya tidak hanya sekedar mengembangkan emosi bagi anak
tetapi juga ada aspek-aspek lain yang mutlak dilakukan oleh orang tua, yaitu
aspek afektif kognitif dan psikomotor. Orangtua memberikan perhatian dan
rangsangan mental pada anak sedini mungkin. Karena hal ini akan mengembangkan
potensi anak secara optimal karena pendidikan anak balitapenting sekali.
Artinya dengan menyerahkan pendidikan anak balita kepada perawat atau pembantu
adalah tindaakan yang kurang bijaksana.
Menyediakan sarana yang cukup, merupakan juga peran yang dilakukan oleh
orang tua untuk pengutaran potensi anak baik secaara kognitif, afektif
maupun psikomotorik. Karena tanpa adanya sarana sebagai alat
realisasi, maka potensi anak tidak akan berkembang secara optimal. Pada
perannya juga, orangtua sedapat mungkin mendukung perkembangan anak dalam
memenuhi kebutuhan gizi dan materi. Orangtua yang mampu memenuhi kebutuhan
emosi anak berarti sudah memenuhi salah satu kebutuhan anak, yaitu kebutuhan
emosi. Kebutuhan emosi ini meliputi kebutuhan kasih sayang, keamanan,
pengalaman akan hal-hal baru pujian dan tanggung jawab.
[2]
Departemen Agama RI., Ilmu Pendidikan Islam, (Yogyakarta: Proyek
Pemgbinaan Perguruan Tinggi Agama Islam, 1982), hal. 34.
[3]
Hery Noer Aly, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Logos Wacana Ilmu,
1999), hal. 88.