Rumah Tangga Sebagai Pusat Pendidikan Anak
C.
Rumah
Tangga Sebagai Pusat Pendidikan Anak
Dalam pandangan Islam,
keluarga atau rumah tangga merupakan gerbang utama dan pertama yang membukakan
pengetahuan atas segala sesuatu yang dipahami oleh anak-anak. Keluargalah yang
memiliki andil besar dalam menanamkan prinsip-prinsip keimanan yang kokoh
sebagai dasar bagi si anak untuk menjalani aktivitas hidupnya. Berikutnya,
mengantarkan dan mendampingi anak meraih dan mengamalkan ilmu
setingggi-tingginya dalam koridor taqwa. Jadi keluarga harus menyadari memiliki
beban tanggung jawab yang pertama untuk membentuk pola akal dan jiwa yang Islami
bagi anak. Singkatnya, keluarga sebagai cermin keteladanan bagi generasi baru.7
Penelitian membuktikan bahwa masa
optimal untuk merangsang kemampuan dasar belajar pada anak, sebagian besar
terjadi sebelum anak berumur 5 tahun dan belum masuk sekolah. Dan jika distimulasi dengan tepat, akan meningkatkan kecerdasan anak
dan menimbulkan kegairahan belajar seumur hidupnya. Orang tua adalah guru
pertama dan paling penting bagi anak. Orang tua mempunyai kesempatan paling
besar untuk mempengaruhi kecerdasannya pada saat-saat ia sangat peka terhadap
pengaruh luar, serta mengajarnya selaras dengan temponya sendiri. Anda pula
yang paling mengenal kapan dan dengan cara bagaimana ia bisa belajar dengan
baik.
Belajar semasa kecil berarti menerapkan pengetahuan
mengenai kebutuhan otak anak selama tahun pertama dari hidupnya. Sehingga
perkembangan mentalnya akan sesuai dengan kemampuannya dan anak akan lebih
cerdas dan lebih bergairah. Kemampuan anak memperoleh kecakapan ditentukan baik
oleh rangsangan dan kesempatan yang diberikan oleh lingkungannya, maupun oleh
tempo perkembangannya.
Anak-anak yang diikutsertakan dalam proses belajar
semasa kecil tampak gembira dan bergairah. Juga pengamatan di kemudian hari
menunjukkan respon positif terhadap kepribadian, perasaan, tingkah laku,
penglihatan ataupun kesehatan mereka. Anak-anak yang belajar membaca lebih awal
mempunyai prestasi lebih baik dibandingkan anak-anak lain dengan taraf
kecerdasan sama.”8
Anak kecil senang sekali belajar. Mereka dilahirkan haus
akan belajar. Dan kehausan ini tidak akan terpuaskan. Coba kita ikuti kegiatan
anak selama sehari. Apa yang membuat dia gembira? Apa yang menyebabkannya
mencurahkan perhatian sepenuhnya? Pada umumnya kegiatan di mana ia bisa belajar
sesuatu yang meningkatkan kemampuannya atau yang memuaskan rasa ingin tahunya.
Apalagi bila orang tuanya ada di sampingnya dan ikut bergembira. Bila anda
mencintai anak dan memberikan cukup waktu baginya, tanpa disadari anda telah
membantu perkembangan intelektualnya. Apa yang dapat anda lakukan? Salah satu
cara adalah memberikan kesempatan untuk mengembangkan pengamatan. Sejak Dini
bayi belajar mengenal dunia melalui kelima indranya : penglihatan, pendengaran,
perabaan, pengecapan, dan penciuman.
Lingkungan yang penuh dengan barang dan mainan yang bisa
dicapai oleh bayi akan merangsang pertumbuhan pengamatannya. Juga melalui
bermacam kontak dan pengalaman dengan orang dewasa. Anda juga dapat merangsang
kemahiran berbahasa anak-anak. Perkembangan bahasa seorang anak sangat
tergantung pada orang dewasa yang ada di sekitarnya dalam tahun-tahun pertama
hidupnya. Anda perlu mendorong anak-anak mengucapkan kata-kata, berbicara, dan
memujinya bila ia mengucapkan kata-kata dengan betul. Membacakan buku pada anak
juga penting.9
Dalam lingkungan yang demikian, perbendaharaan kata-kata
bagi anak tumbuh dan kemampuannya menggunakan kalimat juga akan berkembang. Bila ia telah mahir menggunakan kata-kata,
ia akan mulai belajar menyatakan perasaan dan keinginannya melalui bahasa. Ia berusaha menggunakan bahasa sebagai alat berpikir. Anda perlu
mendorong anak-anak sedapat mungkin 'belajar untuk belajar'. Anak dilatih
menghadapi dunia sebagai sesuatu yang dapat dikuasai melalui kegiatan menyenangkan
yaitu belajar. Ini berarti mengembangkan kemampuannya untuk memberikan
perhatian pada orang lain dan melakukan kegiatan dengan tujuan tertentu, yang
artinya melatih anak untuk menunda pemenuhan keinginannya guna mencapai tujuan
yang lebih panjang. Ini berarti mengusahakan agar anak memandang orang dewasa
sebagai sumber pengetahuan, penghargaan, dan pengakuan.
Rumah Tangga memiliki pengaruh yang cukup banyak terhadap individu
dan sosial. Rumah tangga juga merupakan sarana bagi kehidupan individual manusia
dan memberikan corak serta warna bagi kehidupannya. Diantaranya adalah :
1. Pembinaan Jasmani Anak
Rumah tangga
merupakan komunitas dan sarana terpenting dalam pembinaan secara fisik dan
berbagai sisi kehidupan anak – anak. Kesehatan tubuh, pertumbuhan sempurna
anggota tubuh, bahkan berbagai segi kesehatan dan kemaslahatan anak–anak
sebagian besar tergantung pada kondisi rumah tangga dan metode pendidikan serta
pembinaan dan pengawasan orang tua mereka.
Melalui makanan
yang tepat, yang di sajikan setiap hari, juga pemeliharaan kebersihan dan
kesehatan serta upaya menjaga tubuh anak–anak dari berbagai bahaya, memiliki
peran cukup besar dalam membentuk daya tahan dan kekebalan terhadap penyakit serta
bagi pertumbuhan tubuh anak–anak. Betapa banyak penyakit yang di sebabkan
kelalaian orang tua yang terjadi pada masa kanak–kanak, yang harus di tanggung
hingga akhir hayat mereka. Begitu pula cacat atau sempurnanya kondisi
penglihatan, pendengaran, organ – organ dalam pernafasan, jantung, ginjal,
lambung dan seterusnya, sangat bergantung pada perlakuan orang tua terhadap
anak – anak mereka.
Untuk mengetahui
betapa pentingnya peran rumah tangga, khususnya peran ibu, cukup kiranya
penulis menyinggung masalah pemberian air susu ibu ( ASI ). Para
ahli kesehatan menyebutkan bahwa air susu ibu merukan makanan yang terbaik dan
sempurna. Seorang anak yang tidak memperoleh air susu ibu secara memadai akan
menderita berbagi macam penyakit dan kesulitan dalam pertumbuhannya.
2. Pembinaan akal dan berbagai potensi
Sejak masa
kelahirannya, setiap anak telah memiliki tingkat kecerdasan tertentu di bawah
pemeliharaan keluarga akan terus bertumbuh. Pertumbuhan da pembinaan
kecerdasan, rasa ingin tahu yang ada pada diri anak, mempertanyakan mengapa dan
bagaimana, kecendrungan untuk mengetahui hubungan sebab akibat, perkembangan
kecerdasan dan pertumbuhan akal, pemeliharaan daya ingat dan daya khayal, serta
kebiasaan meneliti berbagai hal, sebagian besar bergantung pada sikap keluarga
dalam mendidik dan memelihara anak – anak.
Sebagaimana kita
ketahui bahwa seorang anak dilahirkan ke dunia ini disertai dengan berbagai
kemampuan dan potensinya. Sebagian orang mengatakan bahwa seorang anak yang
baru dilahirkan tidak ubahnya bahan galian dimana orang tua dan pendidiknya
bertugas menggali berbagi bakat dan potensinya. Mereka mesti menggerakkan
kehidupan sang anak berdasarkan bakat dan potensinya itu. Betapa banyak
pendidik yang tak mampu mengetahui bakat dan potensi anak didiknya. Namun para
ibu yang bijak, akan mampu menyingkap, menemukan, dan kemudian mengarahkan anak
tersebut sesuai dengan bakt dan potensi yang dimilikinya. Kisah–kisah sering
disampaikan para pujangga dan cendekiawan menyatakan bahwa orang tua merupakan
sumber pelajaran yang amat berharga bagi anak – anaknya.
3. Pembinaan emosi ( perasaan )
Rumah tangga
merupakan pusat kasih sayng dan pengorbanan. Ayah dan ibu merupakan simbol dan
teladan yang tanpa pamrih, senantiasa mencurahkan kasih sayang kepada anak –
anaknya. Orang seing mengatakan bahwa seorang ibu akan merelakan matanya
tertusuk duri asalkan duri tersebut tersebut tidak menusuk kaki anaknya.
Ungkapan ini mungkin terlalu berlebihan. Namun itu mengisyaratkan betapa besar
perhatian dan kasih sayang seorang ibu terhadap anaknya.
Dalam lingkungan
keluarga, seorang anak belajar bagaimana cara berkasih sayang terhadap sesame.
Perasaan marah dan kasih seorang anak diwarnai dari rumah dan tempat
tinggalnya. Berbagai macam perasaan dasar yang merupakan dasar dalm interaksi
dan hubungan dengan sesama manusia, berawal dari lingkungan rumah tangga.
Penelitian dan pengkajian dilakukan terhadap para pelaku kriminal membuktikan
bahwa sebagian besar mereka adalah orang – orang yang pada masa kanak –
kanaknya tidak memperoleh kasih sayang dari orang tuanya, khususnya sang ibu.
Dengan kata lain, seorang yang tak mendapatkan kasih sayang dalam rumah
tangganya, takkan dapat mengasihi dan menyayangi orang lain. Demikian pula,
rumah tangga memiliki peran yang cukup besar dalam membentuk perasaan takut,
dengki, dendam, pemaaf, riang, dan gembira pada diri anak.
1. Pembinaan kepribadian dan kejiwaan
Rumah tangga memiliki pengaruh yang cukup signifikan
dalam membentuk kepribadian manusia, serta membangkitkan semangat hidup dan
ketenangan jiwanya. Pada dasarnya, rumah tangga merupakan factor utama di mana
kepribadian seorang anak akan tumbuh dan berkembang. Rumah tangga ibarat sebuah
pabrik di mana system kerjanya adalah mencetak pribadi anak dalam sebuah
cetakan. Di tahu – tahun pertama kehidupan seorang anak, ini nampak lebih
jelas. Kebiasaan, kecenrungan, kemarahan, ketenangan, kegelisahan, kebesaran
jiwa, pemikran yang sejalan dengan kehidupan social, dan pemahaman jalur menuju
kebaikan atau kerusakan, sebagian besar bersumber dari rumah tangga.
2.
Pembinaan sisi akhlak dan spiritual
Rumah tangga merupakan
lingkungan pertama dan di situlah sisi dasar jasmani dan rohaninya mulai
terbentuk. Rumah tangga dapat di anggap sebagai
pembangun sisi akhlak dan maknawiah. Sampai – sampai sebagian orang mengatakan
bahwa berbagai sifat mulia dan tercela, semuanya berasal dari rumah tangga.
Setelah sifat – sifat itu mulai terbentuk dalam sekoalh dan lingkungannya, maka
berikutnya itu akan terbentuk dalam kehidupan sosialnya. Betapa banyak sifat
khusus dan prilaku baik yang berasal dari dikte atau perbuatan kedua orang
tuanya yang kemudian melekat dalam diri sang anak, seperti keberanian,
semangat, kerjasa, pengorbanan, kerendahan hati, ke ikhlasan, persahabatan,
kerelaan berkorban, dan berbagai sifat manusiawi lainnya. Tentunya, cara paling
tepat dan utama dalam menjaga kelanggengan sifat–sifat mulia itu adalah melalui
rumah tangga.
Rumah tangga, khususnya para ibu, memiliki pengaruh yang
luar biasa pada pembentukan sisi spiritual anak. Ibadah, doa, merendahkan diri,
dan memohon pertolongan Allah, keadaan spiritual seluruh anggota keluarga,
upaya menjaga ketakwaan, dan semangat berjalan menuju nilai – nilai spiritual
dan kesempurnaan, merupakan pelajaran yang tepat dan merupakan suatu bentuk
pengarahan bagi anak untuk menuju kehidupan penuh nilai – nilai spiritual dan
keikhlasan.
Dengan demikian, rumah tangga merupakan pusat pendidikan
anak, dalam membentuk dan membina berbagi sisi kemanusian anak. Dalam hal ini
dapat dikatakan bahwa rumah tangga berada pada posisi puncak dalam upaya
pembentukan manusia. Kebaikan dan keburukan individu berasal dan bersumber dari rumah tangga dan rumah
tangga merupakan akar dari berbagai sifat anak. Oleh karena itulah, kita
meyakini bahwa apabila rumah tangga senatiasa melakukan pembinaan secara
efektif, maka kemunculan berbagai sisi kemanusiaan anak akan menjadi kepastian.
Dengan kata lain, akal ( kecerdasan ) dan pertumbuhan sebuah masyarakat,
kebaikan dan keburukannya, bersumber dari rumah tangga.
7 Khairiyah Husain Thaha, Konsep Ibu Teladan: Kajian
Pendidikan Islam, (Surabaya: Risalah Gusti, 2002 ), hal.67