Kisah-kisah seputar MoU Helsinki versi GAM

Kisah-kisah seputar MoU Helsinki versi GAM

Di ronde pertama perundingan Helsinki, Presiden CMI Marti Ahtisaari menggertak delegasi GAM. Di dalam forum dia mengatakan perundingan tersebut antara majikan dan anak buah. Bukan dua entitas yang seimbang.

"Kami tidak mengakui kalian. Kami mengakui Republik Indonesia. Ini bukan pertemuan antara dua pihak yang setara, ini adalah musyawarah seperti majikan dan pekerja. Saya tidak mau mendengar kata merdeka atau referendum. Kalau kalian datang kemari untuk itu, lebih baik Anda kembali ke tempat dari mana kalian datang. Tidak perlu kalian habiskan waktu di sini," kata Marti sembari melempar pensilnya ke atas meja.

Nur Djuli, delegasi GAM yang sangat lama bekerja di Kedutaan Perancis di Malaysia, marah atas pernyataan tersebut. Jiwa Acehnya bangkit.

"Excellency, kami datang kemari sebagai tamu Tuan. Sekiranya kami tidak dikehendaki lagi berada di sini, kami siap mengepak koper dan kami pergi ke tempat lain," jawab Nur Djuli sembari berdiri.

Marti terkejut. Dia kaget luar biasa. Tidak pernah dia menyangka bila GAM seberani itu. Dengan nada penuh penyesalan mantan Presiden Finlandia itu meminta maaf atas kelancangannya.

Marti keliru. Dia menyangka delegasi GAM adalah kumpulan orang-orang yang tidak bermental baja dan tidak mengetahui apa-apa tentang pergaulan internasional.

Setelah kejadian itu, Marti menaruh hormat terhadap delegasi GAM. Dia semakin respek, setelah mengikuti serangkaian ronde yang menunjukkan kapasitas GAM yang gilang gemilang.

Termasuk wacana self goverment, yang diajukan oleh GAM dan membuat Marti terkejut bukan kepalang.
*
Banyak tingkah lucu delegasi Indonesia yang terjadi di dalam rapat-rapat penting menuju perjanjian damai.

Termasuk tingkah seorang delegasi RI yang masuk ke ruang rapat dengan pakaian mirip orang hendak ke mesjid. Tasbih di tangan dan terus berzikir. Rupanya di Jakarta, mahasiswa sedang mendemo kasus korupsi yang melibatkan sang pejabat.

Kisah-kisah seputar MoU Helsinki dari versi GAM yang ditulis oleh Nur Djuli dapat dibaca di buku The Long and Winding Road to Helsinki. Diterbitkan oleh Kawat Publishing. Harga per eks Rp130.000. Buku tersebut berbahasa Indonesia.

Bila berminat, sila hubungi saya. Harga pas. WA: 085260249240. An. Muhajir Juli.

0 Comments