BAB I
P EN D A H U L U A N
A.
Latar
Belakang Masalah
Apakah maturudiyah? Sengaja pertanyaan
ini kami munculkan karena teman-teman mungkin sudah mengerti dengan pertanyaan
yang kami ajukan tersebut di atas. Karena kami pandangan aliran Maturidiyah
adalah pemecahan islam sehinnga kita harus mengetahui latar belakang timbulnya
dan ajarannya. Latar belakang lahirnya aliran MaturidiyahAliran maturidiyah
lahir di Samarkand pertengshsn ke-2 dari abad IX M.Pendirinya Adalah Abu Mansur
Muhammad ibn Muhammad Ibn Muhammad Al – Maturidi. Ia sebagai Penganut
Abuhanifah sehingga teologinya memiliki banyak
persamaan dengan paham – paham yang yang dipegang oleh Abu Hanifah.Ada
suatu pendapat yang mengatakan bahwa ada karangan-karangan yangdisusun oleh Al-Maturidi,
Yaitu Risalah Fi Al-Aqaid dan Syarh Al-Fiqh Al-Akbar. Menu8rut para ulama'
Hanafiah dalam bidang aqidah sama benar dengan pendapat-pendapat imam Abu
Hanifah. Sebelum Imam Abu Hanifah menceburkandiri lm bidang Fiqih dan menjadi
tokohnya, beliau telah lama berkecimpung dalam bidang Aqidah serta banyak pula
mengadakan tukar pendapat dan perdebatan-perdebatan yang dikehendaki pada masa
ZamanNya.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Maturidiyah
Berdasarkan buku Pengantar Teologi
Islam, aliran Maturidiyah diambil dari nama pendirinya, yaitu Abu Mansur
Muhammad bin Muhammad. Di samping itu, dalam buku terjemahan oleh Abd. Rahman
Dahlan dan Ahmad Qarib menjelaskan bahwa pendiri aliran maturidiyah yakni Abu
Manshur al-Maturidi, kemudian namanya dijadikan sebagai nama aliran ini[1]. Selain
itu, definisi dari aliran Maturidiyah adalah aliran kalam yang dinisbatkan
kepada Abu Mansur al-Maturidi yang berpijak kepada penggunaan argumentasi dan
dalil aqli kalami Sejalan dengan itu juga, aliran Maturidiyah merupakan aliran
teologi dalam Islam yang didirikan oleh Abu Mansur Muhammad al-Maturidiyah
dalam kelompok Ahli Sunnah Wal Jamaah yang merupakan ajaran teknologi yang
bercorak rasional.
Latar belakang lahirnya Aliran
maturidiyah lahir di samarkand, pertengahan kedua dari abad IX M. pendurinya
adalah Abu Mansur Muhammad ibn Muhammad ibn Mahmud Almaturidi. Riwayatnya tidak
banyak diketahui. Ia sebagai pengikut Abu Hanifa sehingga paham teologinya
memiliki banyak persamaan dengan paham-paham yang dipegang Abu Hanifa. Sistem
pemikiran aliran maturidiyah, termasuk golongan teologi ahli sunah.
Untuk mengetahui sistem pemikiran
Al-maturidi, kita bisa meninggalkan pikiran-pikiran asy’ary dan aliran
mu’tasilah, sebab ia tidak lepas dari suasana zamannya. Maturidiyah dan
asy’aryah sering terjadi persamaan pendapat karena persamaan lawan yang
dihadapinya yaitu mu’tazilah. Namun, perbedaan dan persamaannya masih ada. Al-Maturidi
dalam pemikiran teologinya banyak menggunakan rasio. Hal ini mungkin banyak
dipengaruhi oleh Abu Hanifa karena Al-maturidi sebagai pengikat Abu Hanifa. Dan
timbulnya aliran ini sebagai reaksi terhadap mu’tazilah.
B. Pokok-Pokok Ajaran
Maturidiyah
Kewajiban mengetahui tuhan. Akal
semata-mata sanggup mengetahui tuhan. Namun itu tidak sanggup dengan sendirinya
hukum-hukum takliti (perintah-perintah Allah Swt).[2]
- Mengenai sifat-sifat Allah Swt.
Mengenai sifat-sifat Allah Swt.,
aliran Asy’ariyah mengatakan sifat-sifat Allah Swt. itu merupakan sesuatu yang
berada di luar Dzat. Mereka juga menetapkan adanya qudrah, iradah,’ ilm, bayah,
sama’, basher dan kalam pada Dzat Allah Swt. Kata mereka, semua itu merupakan
sesuatu di luar Dzat-Nya. Mu’tazilah mengatakan bahwa tidak ada sesuatu di luar
Dzat-Nya. Adapun yang disebutkan dalam Al-Qur’an, seperti:’Alim(Maha
mengetahui), Khabir(Maha mengenal), Hakim(Maha bijaksana), Bashir(Maha
melihat), merupakan nama-nama bagi Dzat Allah Swt.Kemudian al-Maturidi
menetapkan sifat-sifat itu bagi Allah Swt., tetapi ia mengatakan bahwa
sifat-sifat itu bukanlah sesuatu di luar Dzat-Nya, bukan pula sifat-sifat yang
berdiri pada Dzat-Nya dan tidak pula terpisah dari Dzat-Nya. Sebagaimana ayat
Al quran ini yang Artinya:
وَسَخَّرَ
لَكُم مَّا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الْأَرْضِ جَمِيعاً مِّنْهُ إِنَّ فِي
ذَلِكَ لَآيَاتٍ لَّقَوْمٍ يَتَفَكَّرُونَ)
الجاثية: ١٣(
Artinya: Dan Dia telah menundukkan untukmu apa yang
di langit dan apa yang di bumi semuanya, (sebagai rahmat) daripada-Nya.
Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kekuasaan
Allah) bagi kaum yang berfikir. (QS. Al-Jaatsiyah: 13).
- Kebaikan dan kerburukan dapat diketahui
dengan akal
- Hikmah dan tujuan perbuatan tuhan
Perbuatan tuhan mengandung
kebijaksanaan (hikmah). Baik dalam cipta-ciptaannya maupun perintah dan
larang-larangannya, perbuatan manusia bukanlah merupakan paksaan dari Allah,
karena itu tidak bisa dikatakan wajib, karena kewajiban itu mengandung suatu
perlawanan dengan iradahnya.
C. Golongan Maturidiyah
Berdasarkan beberapa referensi yang
kami peroleh, aliran Maturidiyah dapat digolongkan menjadi dua bagian yaitu:[3]
- Golongan Samarkand
Yang menjadi golongan ini adalah
pengikut-pengikut Al-Maturidi sendiri. Golongan ini cenderung ke arah faham
Asy’ariyah, sebagaimana pendapatnya tentang sifat-sifat Tuhan. Dalam hal
perbuatan manusia, maturidi sependapat dengan Mu’tazilah, bahwa manusialah yang
sebenarnya mewujudkan perbuatannya. Al-Maturidi berpendapat bahwa Tuhan
memiliki kewajiban-kewajiban tertentu. Diantara pemahamannya yaitu :
- Mengenai Perbuatan Allah
Aliran Maturidiyah Samarkad, yang juga
memberikan batas pada kekuasaan dan kehendak mutlak tuhan, pendapat bahwa
perbuatan Tuhan hanya menyangkut hal-hal yang baik saja. Demikian juga
pengiriman rasul dipandang Maturidiyah Samarkand sebagai kewajiban Tuhan
- Mengenai Perbuatan Manusia
Kehendak dan daya manusia dalam arti
kata sebenarnya dan bukan dalam arti kiasan, maksudnya daya untuk berbuat tidak
diciptakan sebelumnya, tetapi bersama-sama dengan perbuatannya. Sedangkan
Maturidiyah Bukharah memberikan tambahan dalam masalah daya. Manusia tidak
mempunyai daya untuk melakukan perbuatan, hanya Tuhanlah yang dapat mencipta,
dan manusia hanya dapat melakukan perbuatan yang telah diciptakan Tuhan
bagi-Nya
- Mengenai Sifat-Sifat Tuhan
Mengatakan bahwa sifat bukanlah Tuhan,
tetapi tidak lain dari Tuhan. Dalam menghadapi ayat-ayat yang memberi gambaran
Tuhan bersifat dengan menghadapi jasmani ini. Al-Maturidi mengatakan bahwa yang
dimaksud dengan tangan, muka, mata, dan kaki adalah kekuasaan Tuhan
- Golongan Bukhara
Golongan ini dipimpin oleh Abu Al-Yusr
Muhammad Al-Bazdawi. Dia merupakan pengikut Maturidi yang penting dan penerus
yang baik dalam pemikirannya. Nenek Al-Bazdawi menjadi salah satu murid
Maturidi. Jadi yang dimaksud dengan golongan Bukhara adalah pengikut-pengikut
Al-Bazdawi dalam aliran Al-Maturidiyah. Walaupun sebagai pengikut aliran
Al-Maturidiyah, AL-Bazdawi selalu sefaham dengan Maturidi. Ajaran teologinya
banyak dianut oleh umat islam yang bermazhab Hanafi. Dan hingga saat ini
pemikiran-pemikiran Al-Maturidiyah masih hidup dan berkembang di kalangan umat
Islam. Diantara pemahamannya yaitu :
- Mengenai Perbuatan Allah
Maturidiyah Bukhara memiliki pandangan
yang sama dengan Asy’ariyah mengenai faham bahwa Tuhan tidak mempunyai
kewajiban. Namun, sebagaimana yang dijelaskan oleh Bazdawi, Tuhan pasti
menempati janji-Nya, seperti memberi upah kepada orang yang berbuat baik,
walaupun Tuhan mungkin saja membatalkan ancaman bagi orang yang berdosa
besar. Adapun pandangan Maturidiyah
Bukhara tentang pengiriman rasul, sesuai dengan faham mereka tentang kekuasaan
dan kehendak mutlak Tuhan, tidaklah bersifat wajib dan hanya bersifat mungkin
saja
- Mengenai Perbuatan Manusia
Sedangkan golongan Samarkand
mengatakan bahwa sifat bukanlah Tuhan, tetapi tidak lain dari Tuhan. Dalam
menghadapi ayat-ayat yang memberi gambaran Tuhan bersifat dengan menghadapi
jasmani ini. Al-Maturidi mengatakan bahwa yang dimaksud dengan tangan, muka,
mata, dan kaki adalah kekuasaan Tuhan
- Mengenai Sifat-Sifat Tuhan
Kehendak mutlak Tuhan, menurut
Maturidiyah Samarkand, dibatasi oleh keadilan Tuhan. Tuhan adil mengandung arti
bahwa segala perbuatannya adalah baik dan tidak mampu untuk berbuat buruk serta
tidak mengabaikan kewajiban-kewajiban-Nya terhadap manusia. Adapun Maturidiyah
Bukhara berpendapat bahwa Tuhan memiliki kekuasaan mutlak. Tuhan berbuat apa
saja yang dikehendaki-Nya dan menentukan segala-galanya. Tidak ada yang
menentang atau memaksa Tuhan dan tidak ada larangan bagi Tuhan
BAB III
P E N U T U P
Berdasarkan uraian
yang telah penulis uraikan diatas, maka penulis dapat mengambil beberapa
kesimpulan dan saran – saran sebagai berikut:
A. Kesimpulan
A. Kesimpulan
1. Latar belakang lahirnya
Aliran maturidiyah lahir di samarkand, pertengahan kedua dari abad IX M.
pendurinya adalah Abu Mansur Muhammad ibn Muhammad ibn Mahmud Almaturidi.
Riwayatnya tidak banyak diketahui. Ia sebagai pengikut Abu Hanifa sehingga
paham teologinya memiliki banyak persamaan dengan paham-paham yang dipegang Abu
Hanifah.
2. Sistem pemikiran aliran
maturidiyah, termasuk golongan teologi ahli sunah. Untuk mengetahui sistem pemikiran
Al-maturidi, kita bisa meninggalkan pikiran-pikiran asy’ary dan aliran
mu’tasilah, sebab ia tidak lepas dari suasana zamanny.
3. Aliran Maturidiyah dapat digolongkan menjadi
dua bagian yaitu: Golongan Samarkand dan golongan Bukhara
B. saran - saran
1. Disarankan kepada para mahasiswa/I untuk
memperdalam ilmu pengetahuan terutama tentang ilmu kalam, karena dengan mempelajari ilmu kalam kita akan
mengenal secara detail perbedaan
dalam islam.
2. Disarankan kepada para
mahasiswa/I untuk memperbanyak membaca, karena dengan banyak membaca banyak
ilmu yang kita dapatkan.
3. Disarankan kepada mahasiswa
untuk dapat menjadi tauladan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara.
DAFTAR PUSTAKA
Hanafi, Pengantar
Teologi Islam, Jakarta: Pustaka Al Husna Baru
Jakarta, 2003.
Harun Nasution,
Teoli Islam, Aliran-Aliran Sejarah Analisa Perbandingan Jakarta: UI-Press,
1986.
Abudin Nata, Meteologi
Study Islam, Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada, 2004.
0 Comments
Post a Comment